Selasa, 7 Oktober 2025

Menpar Arief Yahya Mengetuk Pasar Korea dengan Password “Kimchi”

Jangan takut tidak menemukan kimchi, makanan tradisional Korea di Indonesia

Editor: Toni Bramantoro
Foto Dhani Irfan
Arief Yahya 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jangan mengajak selfie dengan gadis Korea lalu bilang “cheese!” Mereka lebih suka berpose dan bareng-bareng mengucap “kimchi.”

Sama-sama membuat mulut terbuka dan mempertontonkan gigi cantiknya. Dari password kimchi inilah Menpar Arief Yahya gencar promosi pariwisata Indonesia.

Jangan takut tidak menemukan kimchi, makanan tradisional Korea di Indonesia! Ada ratusan restoran Korea di kota-kota besar di Indonesia. Nyaris sama banyaknya dengan restoran Jepang.

Ada 35 ribu orang Korea yang tinggal di Indonesia, ada Jakarta International Korea School, sekolah Korea terbesar di ASEAN di Jaktim.

Ada Hangul School di Surabaya, Bandung, Ada Koreatown di Lippo Village, Kebayoran Baru, Cibubur, Tangerang dan Bogor.

Di mana ada Koreanesse, di situ pasti ada kimchi, sayur yang terbuat dari sawi dan lobak, seperti asinan sayur yang sudah difermentasi, diberi bumbu pedas asam, berwarna merah menantang.

Selain ginseng, kimchi adalah menu wajib bagi orang Korea. Kimchi dipercaya dapat menambah selera makan, mencegah kanker,

memiliki kadar serat tinggi, rendah kalori, dan masuk dalam 5 makanan tersehat di dunia versi Majalah Health Magazine.

Dalam lima tahun terakhir, penyebaran budaya Korea seperti virus. Cepat, massif, mewabah di mana-mana.

K-Pop atau Korean Pop mendunia, film drama romantic  Korea tak bisa dibendung, puncaknya Gangnam Style 2012 dengan viewer videonya diklik hampir 2,5 juta pasang mata melalui Youtube. Mereka menyebut Hallyu, atau Korean Wave.

Indonesia pun sempat dilanda “demam Korea”, sampai artis-artis Korea begitu popular di tanah air.

Belajar dari Korea menyebarkan virus budaya K-Pop, dan teknologi, bagaimana agar orang Korea “jatuh cinta” dan berwisata ke Indonesia? Bagaimana cara tercepat menggaet pasar Korea ke Indonesia? Dengan segala potensi alam dan budaya Indonesia? Juga daya beli Korea yang makin kuat?

“Itulah misi Kemenpar berpromosi di Busan dan Jeju, Korea,” kata Menpar Arief Yahya, setelah bertemu dengan sekitar 10 Tour Operator, Tour Agent (TO/TA) dan Airline di Busan Indonesia Center, Busan.

Catatan terpenting dari pertemuan dengan TO-TA itu. Pertama, problem connectivity, tidak ada direct flight atau penerbangan langsung dari Busan ke Jakarta, Batam, Denpasar.

Begitu pun sebaliknya. Kedua, tidak ada LCC – Low Cost Carrier Flight, seperti Air Asia, Lion Air, Citilink, yang harganya kompetitif dan menghubungkan Korea-Indonesia pp. Ketiga, promosi ke Korea masih sangat terbatas.

Lalu bagaimana solusinya? “Jangka panjang harus ada direct flight memang! Harus ada Jembatan udara. Tetapi itu tidak bisa direalisasi dalam waktu cepat, karena itu solusinya adalah menggandeng airline via Singapore, Malaysia dan Hongkong, dengan paket single destination.

Misalnya Korea-Singapore-Indonesia, atau Korea-Hongkong-Indonesia, atau Korea-Kuala Lumpur-Indonesia. Itu yang bisa dilakukan dalam waktu cepat,” kata mantan Dirut PT Telkom ini.

Bagaimana teknisnya?

“Joint Promo. Paket Wonderful Indonesia dipromosikan bersama antara Kemenpar dan Airlines, melalui media-media di Korea. Baik di TV, online media, website, digital outdoor, sampai ke media-media cetak. Begitu pun dengan wholeseller, tour operator besar yang rata-rata sudah punya website online itu. Biaya promosinya fifty-fifty. Kita dapat mereka juga dapat, kita invest mereka juga invest, itulah bisnis, saling memberi keuntungan,” kata dia.

Yang hadir dalam pertemuan dengan Menpar Arief Yahya adalah Hwang Jun-ho, Team Manager for South East Asia Department, HanaTour.

Perusahaan travel terbesar di Korea, dengan 3.200 tenaga kerja nasional dan internasional, dan sudah eksis selama 15 tahun. Ada juga Lee Hui-Sung, Managng Director Mode Tour Busan, Ryu Yang-Gil, Presiden Interpark Busan Office,  Choi Eun-Jung, Account Manager for South East Asia Department, Yellow Ballon Tour Busan dan Huh Bum-Young Branch Manager Cathay Pacific Airline Busan dan Account Manager-nya Lee Soong.

Mereka memang sempat membandingkan dengan Malaysia, yang langsung membayar per kepala sekian dolar Amerika. Polanya juga sama, selain ada direct flight Seoul-KL, juga menggunakan hub Singapore sebagai pintu masuk.

“Yang pasti, Korea adalah pasar yang agresif. Ketika Bebas Visa Kunjungan (BVK) diterapkan, jumlah wisman adal Korea menanjak tajam di Great Batam, bahkan mengalahkan pesaingnya, Jepang. Nomor satu tetap Tiongkok, nomor dua Korea, baru Jepang, Inggris dan Amerika. Ini kali pertama, wisman Korea mengalahkan Jepang di Great Batam,” kata dia.

Tak cukup dengan bertemu TO-TA itu, malamnya pun Arief Yahya melanjutkan pertemuan dengan Dragon Air dan Cathay Pacific.

Dari pertemuan malam itu, ada gagasan yang masuk akal.

“Menjadikan Hongkong sebagai hub, dari Asia Pacific, baik dari Korea (Seoul, Jeju, Busan), Jepang, Taiwan, maupun China daratan. Hongkong itu 60,8 juta wisatawan yang datang. Paket Seoul atau Busan-Hongkong-Jakarta atau Bali, juga menjadi pilihan yang baik untuk membuat paket. Jadi, 2 hari di Hongkong 4 hari di Bali, atau 3 hari Hongkong 3 hari Indonesia,” jelas Arief Yahya.

Ada fakta menarik soal Bali, di mata public Korea. Pulau Dewata itu tercatat sebagai tujuan wisata favourit honey mooners di Negeri Ginseng. Ada muda Korea paling nyaman dan santai berwisata bulan madu di pulau romantic Bali.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved