Jumat, 3 Oktober 2025

Travel Tips

Lima Aplikasi Wajib Download Bagi Traveler Agar Perjalanan Nyaman

Lima aplikasi ini bisa menghindarkan Anda dari ketidaknyamanan dalam perjalanan. Jadi, harus Anda download di smarphone.

Aplikasi Google Maps 

TRIBUNNEWS.COM - Sekarang ini eranya ponsel cerdas. Apa-apa mengacunya pada ponsel cerdas.

Mau nelepon, mau cari arah jalan, mau tahu cuaca, mau tahu film, mau nonton klip video, mau denger musik, bahkan mau belanja, pesan tiket pesawat, dan booking hotel--semua cukup dilakukan dengan kutak-kutik di ponsel cerdas.

Tapi--tentu saja ada tapinya--semuanya hanya mungkin kalo kita punya koneksi internet.

Secerdas apa pun ponsel kita, akan jadi blo'on kalo tidak bisa konek ke internet.

Aku bukan cuma ngomong doang. Sehari-hari, aku banyak bertumpu pada kecerdasan ponsel yang ukurannya hanya segenggaman tangan ini.

Andalanku sekarang adalah Lenovo S182. Lain waktu, aku mungkin bisa sharing hal-hal yang menjadi pertimbangan kalau mau beli ponsel.

Tapi, sekarang cukuplah aku bilang, Lenovo S182 ini adalah salah satu ponsel value for money--manfaat maksimal dengan harga optimal.

Aku tambahin dikit, banyak orang mengejar ponsel flagship. Tapi buatku sayang mengeluarkan budget maksimal kalo penggunaannya tidak optimal.

Nah, waktu ke Jepang tempo hari, terbukti si sturdy S182 ini cukup bisa diandalkan.

Selain performa dan keandalannya, tentu saja ponsel cerdas ini harus dibekali aplikasi-aplikasi penting, khususnya untuk traveling. Kali ini, aku mau sharing 5 aplikasi penting yang menurutku kudu diinstall untuk teman bepergian.

Google Maps

Aplikasi peta besutan Google ini memang enggak ada matinye.

Jangan dikira Google Maps cuma bisa dipaket buat mencari lokasi di peta atau navigasi perjalanan dengan panduan suara (voice navigation). Lebih dari itu, ketika dipakai di negara-negara maju, banyak fitur-fitur yang sangat bermanfaat.

Di Jepang kemarin, aplikasi ini menjadi andalan untuk turun-naik kereta.

Kalau kamu di negeri orang yang aksaranya sama sekali tidak terbaca, terus berhadapan dengan peta kereta yang kayak benang kusut, boleh jadi kamu akan nyerah duluan kalau disuruh jalan sendirian keliling kota.

Kemarin itu memang bukan pertama kali aku ke Tokyo, tapi sebelumnya perjalanan sudah diatur dan selalu ikut rombongan--bukan turun-naik kereta sendiri. Jadi, backpacker-an bertiga ke Tokyo kali ini memang terhitung nekat.

Beruntung kami sudah ditraining dulu di Osaka untuk beli tiket kereta oleh temannya Icha.


Google maps

Dia aja yang sudah beberapa tahun menetap di Osaka dan bisa baca aksara Jepang sempat salah naik kereta. Gimana kami?

Thanks to Google Maps, semua jadi sangat mudah. Itu di gambar aku contohkan, waktu baru balik dari Tokyo, tiba di stasiun Umeda, Osaka, lalu mau ke rumah temannya Icha di Tokyonaka.

Kita harus cari kereta ke Stasiun Shoji. Tinggal masukkan saja tempat asal dan tempat tujuan, lalu pilih moda transportasi yang digunakan.

Di atas ada ikon mobil, kereta, atau jalan kaki. Ketika dipilih kereta, ada 3 alternatif yang dapat digunakan, masing-masing dengan perkiraan biaya. Yang paling cepat naik kereta Midosuji Line yang muncul setiap 8 menit.

Informasi yang ditampilkan cukup detail. Simak bahwa kita harus jalan dulu sejauh 290 meter.

Jarak tersebut kira-kira butuh waktu 4 menit--tapi ini kayaknya untuk model jalan orang Jepang yang serba terburu-buru, hahaha.

Dari Stasiun Umeda, naik Midosuji Line ke arah Senrichuo. Terlihat bahwa total ada 8 stasiun atau perhentian sebelum tiba di Stasiun Senrichuo.

Di Stasiun Senrichuo, ganti kereta naik Osaja Monorail menuju airport Haneda dan turun di Stasiun Shoji. Perjalanan total memakan waktu sekitar 36 menit dengan harga tiket total 560 yen per orang.

Dengan cara ini, kami nyaris tidak ada masalah untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain di Tokyo. Sama sekali tidak ada kejadian salah naik kereta.

Bahkan, di stasiun-stasiun besar seperti Shibuya yang memiliki banyak peron (platform), Google Maps akan memberi informasi harus naik dari peron yang mana.

Booking.com

Ini aplikasi sebenarnya untuk pesan kamar hotel. Tapi, setelah beberapa kali menggunakan aplikasi ini, ada banyak kemudahan yang ditawarkan.

Yang terpenting tentu saja kredibilitas perusahaan. Booking.com termasuk adalah perusahaan penyedia jasa wisata berbasis di Belanda yang dimiliki dan dioperasikan perusahaan AS, Priceline. Si Priceline juga pemilik dari sejumlah nama ngetop seperti Agoda, Kayak, dan Opentable.

Makanya, karena didukung nama besar, hotel-hotel mitra Booking.com nggak berani macam-macam--setidaknya begitu yang aku alami.

Suatu kali aku dan Icha pernah kemalaman di Bandung dan merasa terlalu capek untuk langsung balik ke Bekasi.

Sembari mencari makan malam, kami browsing hotel dengan Booking.com dan langsung memesan kamar di Hotel Nyland Pasteur--biar besoknya gampang, tinggal masuk tol. Selesai makan, kami langsung menuju hotel.

Di resepsionis tidak macam-macam lagi, dikasih kunci kamar dan bisa langsung istirahat. Ya, karena aplikasinya ada di ponsel, aku tinggal menunjukkan kode booking. Beres deh urusan check in. Nggak pake lama, nggak pake ngeprint-ngeprint bookingan.

Kenapa aku lebih senang pakai Booking.com ketimbang Agoda?

Meski dimiliki perusahaan yang sama, ada perbedaan mendasar dari layanan yang ditawarkan kedua operator ini.

Kalau soal harga, menurutku 11-12-lah. Nggak terlalu banyak beda dan yang penting rajin mantau kalau-kalau ada penawaran menarik.

Soal bisa cancel, dua-dua juga bisa, tentu saja dengan jangka waktu masing-masing. Perbedaan paling mendasar adalah cara pembayarannya.

Kalau Agoda, kita bayar di muka, waktu memesan, sedangkan kalau Booking.com bayarnya belakangan, pada waktu check-out. Aku merasa lebih nyaman saja, baru keluar duit setelah menggunakan layanannya.

Seperti aku bilang, untuk mendapatkan penawaran terbaik, kita harus rajin-rajin mantau.

Kebetulan kami sudah beli tiket setahun sebelum berangkat, jadi ada waktu yang sangat (amat) panjang untuk merancang detail perjalanan--termasuk mau menginap di mana.

Kalau tidak salah, aku sempat booking sampai 5 hotel berbeda sampai akhirnya memutuskan untuk menginap di Hotel Le Daiba, Odaiba. Gimana nggak, hotel ini tiba-tiba punya penawaran diskon 60 persen dari harga normal yang hampir Rp 5 juta per malam. Meski nominalnya masih lumayan, tapi pilihanku ternyata tepat.

Setelah seharian backpackeran, nikmat betul malamnya bisa berendam air panas di bathtub dan tidur di tempat tidur yang lapang dan lega di kawasan wisata Odaiba. Kalau cari hotel budget di Tokyo, paling kami cuma dapat kamar yang sempit dengan shower.

Oya, fitur lain Booking.com yang cukup menarik adalah usulan rancangan perjalanan (itinerary). Aplikasi ini akan menyusun informasi kota tempat kita tinggal, tempat-tempat menarik dalam radius tertentu, serta aktivitas dan kuliner yang patut dijajal.

Selain dapat diakses langsung dari aplikasi, itinerary ini juga dikirim via email sehingga dapat dibaca atau diprint kemudian.

Oanda Currency Converter

Sesuai namanya, aplikasi ini berguna untuk mengonversi nilai dari satu mata uang ke mata uang lain.

Buat yang sudah biasa bolak-balik ke satu negara barangkali sudah punya feeling, harga tertentu itu terhitung mahal atau murah.

Kalau jarang-jarang atau baru pertama kali datang, tentu belum punya feeling semacam ini. Feel-nya masih dalam rupiah, hahaha.

Bisa aja sih setiap kali menghitung konversi nilai tertentu ke dalam rupiah, cuma kan butuh waktu, apalagi buat orang yang nggak biasa hitung-hitungan seperti aku.

Oanda Currency Converter termasuk aplikasi yang simple dan straightforward. Cukup masukkan nilai dalam mata uang lokal, voila, konversi dalam rupiahnya langsung muncul.

Jadi, waktu belanja di Jalan Nakamise, Icha bolak-balik nanya, "Kalo segini berapa (rupiahnya)?" Dan, setiap kali juga aku mengecek di aplikasi ini.

Waktu transit di Kualalumpur dan mau makan, aku tinggal mengubah mata uang yang mau dikonversi. Segampang itu.

Satu hal lagi, kurs mata uang bisa berubah-ubah. Kurs selalu di-update dengan nilai terkini.

Selain itu, nilai tukar antarbank biasanya berbeda dengan nilai tukar di money changer atau mesin ATM, bisa plus-minus sampai 5 persen. Nah, kita juga dapat mengeset aplikasi ini untuk memberikan konversi dengan perkiraan yang paling mendekati riil.

Tripit

Saat bepergian, tentu banyak detail yang harus kita ingat, misalnya nomor penerbangan pesawat yang ditumpangi, kode booking hotel tempat menginap, hingga berbagai aktivitas yang hendak dilakukan.

Boleh saja tiap detail dicatat di berbagai tempat berbeda, cuma risikonya kadang-kadang saat dibutuhkan, kita lupa di mana tempat menyimpan catatan tersebut.

Nah, Tripit membantu untuk mengorganisasikan semua catatan itu ke dalam sebuah itinerary.

Semua detail tercatat di satu tempat dan tersusun rapi sehingga memudahkan untuk sewaktu-waktu hendak dilihat.

Selain itu, ada pula fitur alert yang akan mengingatkan misalnya kalau sudah waktunya untuk siap-siap ke airport.

Yang hebatnya lagi, untuk pelanggan premium, kamu bisa mengirimkan semua email konfirmasi hotel, pesawat, dll kepada Tripit dan aplikasi ini akan secara otomatis menyusun itinerary mendetail dari perjalanan kita.

Jadi, tidak perlu repot lagi memasukkan satu per satu informasi ke dalam Tripit.

Kalau aku sih kebutuhannya cuma untuk mengingat dan mendapatkan gambaran umum rencana perjalanan, sehingga cukup menggunakan versi yang gratisan saja.

Tapi, menurut berbagai review yang aku baca, versi yang berbayarnya worth it lah buat pengguna yang serius alias traveller sejati.

Diaro

Sebelumnya, sori karena tidak ada gambarnya. Ternyata aplikasi ini tidak bisa dibuat screenshot-nya. Luar biasa.

Jadi, ini adalah aplikasi untuk catatan, jurnal, atau diary--terserah mau dibilang apa.

Sangat sederhana dan straightforward juga, ada tombol plus di pojok kanan bawah.

Tinggal klik, langsung muncul interface untuk menulis. Di bagian atas sudah tercantum keterangan hari, tanggal, dan waktu.

Terdapat dua kotak, satu untuk judul entry, satunya lagi untuk isi entry. Di bawahnya lagi, terdapat pilihan untuk folder, tag, serta pinpoint lokasi pada peta.

Mengapa aku menggunakan aplikasi ini? Sebenarnya aku penggemar berat Evernote (draf tulisan ini juga ditulis di Evernote). Tapi, ada hal-hal tertentu yang lebih praktis dan menyenangkan di Diaro, seperti keterangan waktu yang otomatis ditambahkan.

Jadi, misalnya aku lagi ngaso di depan patung Hachiko, Shibuya. Aku cukup membuka Diaro, aplikasi ini langsung menambahkan keterangan waktu sehingga aku dapat langsung menulis hal yang ingin aku catat dan menutupnya kembali.

Saat mereview catatan, aku tidak perlu lagi mengira-ngira, pukul berapa persisnya catatan itu dibuat.

Hal ini tampaknya sepele, tapi kalau kamu sedang dalam perjalanan atau dalam situasi tertentu yang tidak memungkinkan mencatat dengan santai, untuk hal sekecil ini pun kamu akan sangat berterima kasih.

Seperti diary yang terkunci, Diaro juga dilengkapi pengaman berupa password. Jika kamu tidak aktif untuk jeda waktu tertentu, aplikasi ini otomatis keluar sehingga terhindar dari orang iseng yang ingin melihat-lihat catatan kita.

Kita dapat menambahkan foto atau menyusun catatan ke dalam folder-folder.

Dan, seperti umumnya aplikasi catatan lainnya, kita dapat membukanya secara online di my.diaroapp.com. Ini sangat berguna untuk mereview catatan karena dapat dibuka di laptop atau PC sehingga lebih leluasa.

Okay, itu dia 5 aplikasi yang menurutku sangat bermanfaat dan wajib diinstall di ponsel cerdas Anda selama bepergian. Semoga bermanfaat.   (Kompasiana.com/ Mahansa Sinulingga)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved