Wisata Sumut
Mari Mencari Ketenangan di Rumah Panggung, Jauh Dari Teknologi di Pedalaman Deli Serdang
Jenuh dengan rutinitas? Coba mencari ketenangan di rumah-rumah panggung di pedalaman hutan Sibolangit di Deli Serdang ini.
Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, DELI SERDANG - Inilah Negeri Suah, terletak di Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, desa ini hanya memiliki 30-an kepala keluarga dan jauh dari modernisasi di tengah desa lainnya yang mengikuti kemajuan dunia.
Betapa tidak, wisatawan hanya akan melihat rumah panggung dari bahan papan dan tepas, dan mata pencaharian penduduknya yang mayoritas petani dan pencari ikan di sungai.
Warna rumah di desa tersebut pun selaras, semuanya warga papan dan tepas gelap, alias hitam keabu-abuan dan atap yang beberapa masih menggunakan rumbia.

Kehidupan masyarakat di pedalaman Negeri Suah di Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang (Tribun Medan/ Silfa Humairah)
Aron, penduduk, menuturkan rumah tersebut mereka percaya untuk menghormati tradisi turun menurun dari buyut mereka yang sudah melestarikan rumah panggung di desa mereka.
"Ini bentuk kekompakan warga, jadi kalau ada yang mau bangun rumah baru pun ya harus berbentuk rumah panggung, yang paling modern paling dari bahan kayu dan tangga beton," katanya.
Selain untuk menghindari binatang dari hutan Negeri Suah, juga untuk menghindari air dari Sungai Dua Suhu, jika banjir.
Ia juga menuturkan, ketidaksukaan masyarakat desa terhadap modernisasi juga dapat dilihat dari alat elektronik di rumah warga yang minim.
"Di sini hanya beberapa warga yang menggunakan alat elektronik, bahkan lampu pun hanya dihidupi jika sudah larut malam," katanya.
Ia juga menambahkan di desa tersebut juga belum masuk sinyal telepon.

Kehidupan masyarakat di pedalaman Negeri Suah di Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang (Tribun Medan/ Silfa Humairah)
"Jangan ditanya, desa ini tidak pernah merasakan komunikasi telepon sebebas yang dilakukan orang kota, kalau mau gunakan telepon harus jalan dulu ke Bandar Baru atau Deli Tua," tambahnya.
Terletak di bawah perbukitan yang rendah. Jalan menuju ke tempat ini tidaklah mudah. Naik turun bukit dan melewati jalan dengan fasilitas yang sangat minim.
Namun, desa ini mampu memberikan pesona alam yang menyegarkan pikiran.Bisa dibilang seperti kota terpencil di atas gunung.
Ada pemandangan bukit, hutan, sawah hingga sunset dan sunrise yang memukau.
Kendaraan yang wisatawan bawa bisa dititipkan di Jambur (balai desa) warga, tempat itu disulap jadi parkiran untuk wisatawan yang mengunjungi desa atau sungai dan air terjun sekitaran desa tersebut.