Minggu, 5 Oktober 2025

Wisata Aceh

Mau Lihat Pajangan yang Terbuat dari Batu Giok Seberat 6,5 Kilogram?

Giok Aceh diklaim sebagai peringkat ke-2 terbaik dunia setelah Myanmar.

Serambi Indonesia/Nurul Hayati
Pajangan ini terbuat dari batu giok Aceh. 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati

TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Demam batu belum masih mewabah, termasuk juga dengan kilau giok di Aceh.

Alih-alih memudar, giok semakin memancarkan pesona dengan aneka kreasi yang ditampilkan.

giok aceh
Sandal terapi kesehatan menggunakan 90 butir giok jenis black jade.  (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)

Berawal dari sebentuk cincin yang menjadi aksesoris ‘wajib’ kaum adam, lalu berkembang menjadi aneka aksesoris perempuan, dan yang terkini merambah pajangan ruangan.

Penemuan 20 ton giok di Kabupaten Nagan Raya, Aceh beberapa waktu lalu cukup menggegerkan.

Giok Aceh diklaim sebagai peringkat ke-2 terbaik dunia setelah Myanmar.

Tak heran kalau lantas giok yang termasuk dalam kategori batu mulia memenangkan kontes batu hingga tingkat nasional.

giok aceh
Pemilik stand memperlihatkan sarung dan gagang pisau menggunakan giok jenis nephrit. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)

Primadona baru

Setelah era gas usai, perut bumi Aceh kembali menyembulkan kekayaan lewat bongkahan batu bernama giok.

Kekayaan alam yang menjadi darah baru sektor ekonomi kreatif itu digelar pada pameran UKM Gerakan Ayo Kerja 70 tahun Indonesia.

Bertempat di Lantai 3 Pasar Atjeh Baru, Kota Banda Aceh selama sepekan (10-17 Agustus 2015) para pecinta giok bisa memanjakan mata sekaligus menambah koleksinya dengan rupa-rupa kreasi giok.

Salah satu yang mencuri perhatian pengunjung adalah stan milik Abu Aneuk Miet.

giok aceh
Aneka benda tajam (rencong, kapak, martil, dan cangkul) yang terbuat dari giok. (Serambi Indonesia)

Deretan senjata tradisional seperti rencong, pedang, dan pisau sarung dan gagangnya dibalut giok jenis black jade dan nephrit.

Pusat perhatian tertuju pada peralatan tradisional Aceh yang kesemuanya terbuat dari giok.

Juga menggunakan jenis yang sama dalam balutan warna hijau tua.

“Jingki (alat tradisional untuk menumbuk beras dan padi) menghabiskan 6,5 Kg giok. Sedangkan alat untuk membajak sawah menggunakan 3 Kg giok. Kesemuanya berbahan black jade dan nephrit,” terang laki-laki yang akrab disapa dengan Abu Aneuk Miet.

Panggilan Abu Aneuk Miet berasal dari bahasa lokal yang bermakna ‘bapaknya anak-anak’.

Laki-laki paruh baya ini membuka usaha di kediamannya di Gudang Gunung Giok Jalan Melati Desa Punge Ujong Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.

Ide itu terbetik di benaknya lantaran melihat potensi giok Aceh yang melimpah.

Ia menggunakan giok asal Kabupaten Nagan Raya yang dikenal sebagai lumbung giok di Aceh.

Dirinya menjelaskan proses pembuatan alat tradisional menumbuk padi dan bajak sawah cukup rumit karena harus menghubungkan potongan giok.

Proses pengerjaannya sendiri sudah diretas sejak 2013.

Batu giok yang masih mentah mula-mula dipotong, digosok dengan kertas pasir untuk kemudian dibor.

Pengerjaannya terbilang cukup beresiko dan memakan waktu hingga sebulan untuk satu macam produk.

Tak heran kalau harga yang dibanderol pun cukup fantantis yaitu Rp 10 juta dan Rp 6 juta masing-masing untuk sebuah alat penumbuk padi dan bajak sawah.

“Mungkin itu penumbuk padi dan bajak sawah tradisional termahal yang pernah ada,” timpal pengunjung berkelakar.

Rupa-rupa kreasi giok

Stan Abu Aneuk Miet juga memajang perkakas dapur hingga peralatan tempur.

Sebut saja pisau, pedang, rencong, dan clurit yang dihargai mulai Rp 100 ribu.

Benda-benda tajam itu menjadikan giok sebagai sarung dan gagang.

Namun karena proses pengerjaannya terbilang sederhana sehingga harga tawar pun lebih bersahabat dengan kantong.

Bagi anda yang mencari oleh-oleh, tersedia juga gantungan kunci seharga Rp 25 ribu atau cerutu seharga Rp 100 ribu, dan tasbih seharga Rp 500 ribu.

Kesemuanya terbuat dari bahan giok asli. Ajib.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved