Wisata Jambi
Berkunjung ke Sekoja, Sentra Batik Terbesar Sekaligus Pusat Penyebaran Islam di Jambi
Berkunjung ke Jambi tak lengkap kalau belum singgah di Sekoja alias Seberang Kota Jambi.
Laporan wartawan Tribun, Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI – Berkunjung ke Jambi tak lengkap kalau belum singgah di Sekoja alias Seberang Kota Jambi.
Seberang Kota Jambi bisa dibilang wajah Kota Jambi sebenarnya, adat istiadat di sini masih sangat kental.

Sekoja dikenal sebagai sentra batik terbesar di Jambi. (Tribun Jambi/Wahid Nurdin)
Pun Anda akan sulit menemukan bangunan modern bertingkat di kawasan ini, melainkan rumah panggung berbahan kayu yang masih eksis sampai saat ini.
Melihat gambaran tersebut, mungkin Anda membayangkan daerah ini berada di pelosok.
Jangan salah! Sekoja masih termasuk bagian Kota Jambi, hanya saja terpisah sungai Batanghari.
Untuk menuju tempat ini bisa dilakukan dengan tiga cara, pertama dengan perahu ketek hanya membutuhkan waktu 10-15 menit, dengan biaya 2000-5000 saja.
Kedua, dapat ditempuh dengan kendaraan jalur darat namun memakan waktu yang lebih lama yaitu sekitar 20-40 menit, melewati jembatan Batanghari I.
Ketiga, jika berjalan kaki, Anda bisa melewati Titian Arasy, yakni jembatan pedestrian yang menghubungan pusat Kota Jambi dengan Sekoja.
Nah, apa yang menarik dari Sekoja? Bagi Anda yang terbiasa hidup di perkotaan dengan hiruk pikuk kendaraan, panas, dan sumpek, Sekoja bisa menjadi tempat berlibur yang menyenangkan.
Masyarakat setempat masih mempertahankan adat istiadat, termasuk gaya rumah tinggal mereka yang berbahan serba kayu.
Rumah warga sengaja dibuat ‘berkaki’ alias rumah panggung, untuk mengantisipasi banjir tahunan yang melanda kawasan ini.
Di tempat ini Anda juga bisa menjumpai rumah batu dan masjid batu, dua bangunan bersejarah yang menjadi bukti perkembangan wilayah Sekoja.
Banyaknya pondok pesantren juga menjadi bukti nyata bahwa tempat ini merupakan pusat penyebaran ajaran Islam yang besar di Jambi.
Eits, tak hanya itu. Sekoja juga merupakan sentra batik terbesar di Jambi lho.
Bayangkan saja, tempat ini terdiri dari 11 kelurahan, semuanya memiliki pengrajin batik yang masih aktif memproduksi batik sampai sekarang.
Kesebelas kelurahan tersebut adalah Pasir panjang, Tanjung Raden, Tanjung Pasir, Olak Kemang, Ulu Gedong (berada di Kecamatan Danau Teluk), serta kelurahan Kampung tengah, Kampung Jelmu, Mudung Laut, Arab Melayu, Tahtul Yaman, Tanjung Johor (berada di Kecamatan Pelayangan).
Dari kesebelas kelurahan tersebut, Kampung Tengah, Olak Kemang, Ulu Gedong, Arab Melayu dinilai sebagai kelurahan dengan pengrajin batik terbanyak. Nah, pengunjung bisa belajar membatik langsung lho.
Cukup dengan Rp 200 ribu, wisatawan diberikan kain dasar, dibimbing untuk membatik sampai jadi dan hasilnya bisa dibawa pulang. Hhmm, menarik bukan?
Menurut Kiftiah, salah satu pengrajin batik, dasar motif batik Jambi ada sekitar 40 ragam.
Di antara motif tersebut, yang terkenal adalah Angso Duo, Batanghari, Duren Pecah, Tampuk Manggis, Kajang Lako dan lainnya. Namun bila dikreasikan, ada begitu banyak corak batik indah yang dihasilkan lebih dari 100 motif batik Jambi.
Dibandingkan batik Jawa, batik Jambi lebih berani dalam soal pemberian warna.
Coraknya juga terpisah, cukup berbeda dengan batik Jawa yang padat.
Soal pewarnaan, masyarakat masih cukup sering menggunakan pewarna alami dari tumbuhan.
Harga batik tulis Jambi bervariasi, mulai Rp 500 ribu hingga Rp 3 juta per kain, ukuran sekitar 2,5 meter. Sedangkan untuk batik cetak hanya berkisar Rp 250 ribuan saja.