Minggu, 5 Oktober 2025

Wisata Bali

Sate Susu Bali Ini Bikin Penasaran, Laris Manis Tiap Ramadan

Pada proses perebusan ini lah yang memakan waktu cukup lama. Yakni hingga 4 jam.

Editor: Mohamad Yoenus
Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan
Sate Susu di kawasan Kampung Jawa, Kelurahan Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara, Bali. 

“Teksturnya unik, kenyal-kenyal gitu, terakhirnya seperti ada rasa susu nempel di langit-langit mulut,” ujar Hendra setelah mencicipi sate susu.

Sama seperti sate susu, untuk sate sumsum pun dijual dengan harga Rp 20 ribu per 10 tusuk.

Dan, untuk rasa sate sumsum sendiri, menurut Hendra dari segi tekstur dan rasa menyerupai otak.

Selain sate susu dan sumsum, ada juga beberapa jenis sate lainnya yang ditawarkan oleh para pedagang di sini.

Dan, tak hanya sate, makanan lainnya seperti gorengan dan kue-kue yang dapat dinikmati sebagai camilan pun tersaji di sini.

Penganan Berbuka
Penganan berbuka puasa. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)

Proses Perebusan Selama 4 Jam

Untuk di Bali sendiri, sate susu ini sebenarnya bukan asli dari Denpasar, melainkan dari Karangasem.

Yang mana menurut seorang pedagang, awalnya kuliner ini dibawa dari Lombok ke Karangasem.

Sesuai namanya, sate susu, kuliner ini terbuat dari organ susu atau payudara sapi.

Proses pengolahannya pun ternyata tidak sebentar.

Payudara sapi tersebut, setelah dibersihkan, harus direbus terlebih dahulu.

Pada proses perebusan ini lah yang memakan waktu cukup lama. Yakni hingga 4 jam.

Tujuannya untuk membentuk tekstur daging susu tersebut.

“Harus 4 jam. Kan awalnya si susunya (payudara sapi) ini lembek, direbus jadi katos hingga lembek lagi,” ujar Api.

Ia juga menambahkan, bahwa sebenarnya ada teknik lain selain direbus.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved