Kamis, 2 Oktober 2025

Meneropong Bintang di Observatorium Bosscha di Lembang Makin Terusik Polusi Cahaya

Observatorium Bosscha di Lembang Jawa Barat makin terusik polusi cahaya. Akibatnya, aktivitas meneropong tata surya makin terusik.

Kompas/ Mohammad Hilmi Faiq
Refraktor ganda Zeiss sumbangan KAR Bosscha di Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung Barat. (Kompas/ Mohammad Hilmi Faiq) 

Dana untuk pengadaan tudung itu berasal dari tarif kunjungan wisatawan Rp 20.000 per orang.

Dalam setahun, Mahasena hanya membatasi sekitar 60.000 pengunjung. Observatorium Bosscha sebenarnya bukan obyek wisata karena tugas pokoknya adalah untuk penelitian dan pendidikan.

Namun, karena berada pada lintasan obyek wisata, seperti Lembang dan Gunung Tangkubanparahu, tak sedikit wisatawan yang kemudian mampir ke tempat ini.

Terlebih setelah muncul film Petualangan Sherina yang dalam salah satu adegannya mempertontonkan observatorium ini.

Mahasena dibantu beberapa mahasiswa ataupun alumnus astronomi ITB sebagai pemandu sekaligus penerima kunjungan. Mereka menjelaskan cara kerja teropong, tugas pokok, serta sejarah Observatorium Bosscha.

Dan, tentu saja, mengajak meneropong bareng. Mereka meneropong sambil mengingat jasa Bosscha.

Administrator kebun teh

Observatorium Bosscha merupakan salah satu jejak kedermawanan Karel Albert Rudolf Bosscha, administrator perkebunan teh di Malabar, Bandung selatan, sekaligus Ketua Nederlandsch Indische Sterrenkundige (NISV), semacam perkumpulan para peminat astronomi.

Suatu kali pada tahun 1920, mereka berkumpul di Hotel Savoy Homann dan memutuskan membangun observatorium di Bandung. Bosscha menyumbang alat teropong tercanggih kala itu.

Bosscha mendukung proyek tersebut karena teringat pesan mendiang ayahnya yang seorang profesor sejarah dan sastra, Johannes Bosscha.

Ayahnya berpesan agar anaknya kelak mengabdikan sebagian hidup dan harta demi kemajuan astronomi. Bosscha lahir dalam keluarga yang mengabdikan hidup bagi keilmuan.


Warga menyaksikan Lintasan Venus di Bosscha Lembang, Rabu (6/6/2012).  (Tribun Jabar/M. Syarif Abdusalam)

Dibantu astronom J Voute, Bosscha mendapatkan teropong reflektor dobel Zeiss sepanjang 11 meter dan berdiameter 60 cm dengan berat 17 ton.

Dalam buku Jendela Bandung: Pengalaman BersamaKompas (2008), Her Suganda menulis, Voute kelak menjadi orang pertama yang memimpin peneropongan bintang di observatorium ini.

Teropong diletakkan di dalam rumah teropong berbentuk bulat dengan puncak seperti kubah berdiameter 14,5 meter.

Bangunan ini berdiri antara lain berkat bantuan perusahaan kereta api Staatspoor. Observatorium ini diresmikan pada tahun baru 1923, tapi belum bernama Observatorium Bosscha.

Halaman
123
Sumber: KOMPAS
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved