Di Singapura, WhatsApp Mulai Ditinggalkan karena Kebijakan Privasi, Telegram dan Signal Ambil Alih
Aplikasi pesan Whatsapp pada Selasa (12/1/2021) meyakinkan penggunanya bahwa perusahaan menjaga data pasca pro-kontra soal kebijakan privasi yang baru
Di Singapura, Telegram dan Signal naik di Apple App Store dan grafik Google Play berdasarkan banyaknya unduhan harian sejak Whatsapp mengumumkan kebijakannya yang baru.

Di Google Play, Signal berada di peringkat pertama aplikasi terpopuler pada Minggu lalu, di Singapura.
Padahal seminggu sebelumnya, Signal tidak termasuk di antara 100 aplikasi teratas, kata perusahaan analitik App Annie.
Versi iOS dari aplikasi tersebut mencapai posisi teratas pada 9 Januari untuk semua aplikasi iOS, padahal minggu sebelumnya tidak masuk dalam 1.000 yang teratas.
Adapun Telegram menduduki nomor dua di grafik aplikasi Google Play secara keseluruhan pada Senin, naik dari urutan ke-12 pada minggu sebelumnya.
Pada Selasa lalu, Telegram menjadi aplikasi terpopuler nomor dua di App Store, naik dari nomor 13 seminggu sebelumnya.
Beberapa pengguna yang beralih ke Telegram dan Signal mempermasalahkan kebijakan privasi Whatsapp yang baru.
Nyonya Sophia Ong (39), seorang guru swasta berpindah ke Telegram dalam seminggu terakhir.
Beberapa grup telah bermigrasi ke Telegram, walaupun dia masih mempertahankan akun WhatsApp-nya karena relasinya masih banyak menggunakan WA.
"Saya agak kesal, tapi beralih juga pada akhirnya karena tidak ada yang namanya makan siang gratis," katanya, mengacu pada aplikasi Whatsapp yang gratis.
Baca juga: POPULER Techno: Tips Menggunakan Aplikasi Signal, Bisa Jadi Pengganti WA | Kode Redeem FF Terbaru
Baca juga: Cara Pakai Fitur Voice Chat Telegram, Pastikan Sudah Memiliki Grup di Telegram

Pengacara teknologi di Withers KhattarWong, Jonathan Kok mengatakan perubahan Whatsapp tidak mungkin melanggar UU Perlindungan Data Pribadi.
Sebab, menurutnya, Whatsapp sebelumnya telah memberi tahu penggunanya soal perubahan ini.
Jonathan mencatat, Whatsapp telah berbagi data dengan Facebook selama bertahun-tahun, terutama perihal informasi teknis sejak 2014.
Namun Jonathan mengakui, bahwa kebijakan dapat berubah di masa depan untuk memungkinkan WhatsApp memonetisasi data pengguna dengan langsung beriklan ke mereka.
Adapun WhatsApp saat ini tidak mengizinkan iklan.
Pengguna yang khawatir soal privasi dan ingin keluar dari WhatsApp kemungkinan besar juga perlu berhenti menggunakan Facebook, karena ada beberapa pembagian data.
"Bahkan jika Facebook memiliki semua informasi ini dan ingin menggunakannya, mereka tidak melalui WhatsApp untuk melakukannya, mereka akan menggunakannya di akun Facebook," kata Jonathan Kok.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)