Minggu, 5 Oktober 2025

Ria Ricis Izin Rehat, Ini Penjelasan Ilmiah Kenapa YouTuber Alami Masa 'Burnout'

Beberapa hari belakangan, netizen Indonesia menjadi gaduh karena salah satu Youtuber paling ternama di nusantara, Ria Ricis, pamit.

Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Youtuber Ria Ricis saat menghadiri acara pemberian YouTube Diamond Award di kantor Google Indonesia, di Jakarta, Rabu (20/2/2019). Ria Ricis mendapatkan Diamond Award tersebut karena berhasil mendapatkan 10 juta subscribers pada kanalnya. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM - Beberapa hari belakangan, netizen Indonesia menjadi gaduh karena salah satu Youtuber paling ternama di nusantara, Ria Ricis, pamit.

Dalam video terakhirnya, Ria Ricis menjelaskan alasannya pamit dan meliburkan tim produksinya adalah kegelisahan yang selama ini dialaminya dan keinginannya untuk melakukan sesuatu yang berbeda.

Lalu, Ria Ricis juga berkata bahwa dia sudah terlalu banyak bercerita dengan subscriber-nya dan menjadi jenuh.

Sebetulnya, kejenuhan yang dialami oleh Ria Ricis telah dialami oleh banyak pembuat konten Youtube di seluruh dunia, mulai dari Michelle Phan, Dolan Twins, Jacksepticeye, David Dobrik, Jake Paul dan bahkan Pewdiepie.

Fenomena ini disebut dengan istilah “burnout” yang secara harafiah memiliki arti terbakar habis.

Dilansir dari The Guardian, 12 Agustus 2018; salah satu penyebab burnout yang dialami oleh banyak Youtuber adalah alogaritma Youtube itu sendiri.

Miliki Hampir 16 Juta Subscriber, Ria Ricis Pamit Jadi YouTuber, Ada Apa?
Miliki Hampir 16 Juta Subscriber, Ria Ricis Pamit Jadi YouTuber, Ada Apa? (Tangkap Layar YouTube Ricis Official)

Zoe Glatt, seorang peneliti PhD dari London School of Economics yang melaksanakan etnografi digital terhadap Youtuber, mengatakan bahwa alogaritma Youtuber lebih menyukai akun yang melakukan upload secara reguler dan memiliki konten dengan fokus yang sempit.

“Para pembuat konten didorong untuk mengejar pendekatan kuantitas-daripada-kualitas jika mereka ingin mencapai sukses di Youtube," ujarnya.

"Ini, dikombinasikan dengan ketidakjelasan tentang konten apa yang akan dipromosikan oleh Youtube dan apa yang mungkin didemonetisasi menyebabkan kehidupan kerja yang sangat tidak pasti dan membuat stres bagi para pembuat konten,” imbuhnya lagi.

Alogaritma juga membuat para Youtuber yang pada dasarnya adalah orang-orang kreatif tidak berani mengambil risiko dan mengulang-ulang konten yang sudah terbukti berhasil, ujar Charlie McDonell, seorang veteran Youtuber yang sudah berkali-kali mengalami burnout.

Di samping alogaritma, kompetisi di antara para Youtuber juga menjadi semakin sengit karena jumlah pembuat konten yang semakin banyak dari hari ke hari, ujar Matt Gielen dari Little Monster Media Company, agensi yang berspesialisasi dalam membangun audiens di Youtube.

Hal ini memaksa para Youtuber untuk bekerja lebih keras dan menghasilkan lebih banyak konten pada kualitas yang lebih baik untuk sukses di platform ini.

“Dulunya Anda bisa membangun audiens yang lumayan hanya dengan satu video berdurasi tiga menit per minggu,” ujar Gielen.

Namun, kini hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mayoritas Youtuber harus mengunggah setidaknya tiga video berdurasi 10-12 menit per minggu untuk bisa mendapatkan bantuan promosi dari alogaritma.

Tentu saja, burnout tidak hanya dialami oleh para Youtuber. Seorang karyawan kantoran biasa pun bisa mengalami burnout jika terus-terusan ditekan untuk menjaga produktivitas tinggi selama jangka waktu yang panjang.

Baca: YouTuber Ria Ricis Pamit dari YouTube, Beberkan Alasan dan Beri Pesan Ini untuk Para Penggemarnya

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved