Rabu, 1 Oktober 2025

Huawei Tetap Luncurkan Produk 5G yang Terkoneksi dengan Kendaraan di Tengah Tekanan Barat

Australia dan Selandi Baru telah menghentikan operator yang menggunakan peralatan Huawei di jaringan mereka.

Editor: Choirul Arifin
RTE.IE
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, MADRID - Perusahaan-perusahaan terkemuka mulai meluncurkan produk telepon pintar generasi kelima atau 5G. Berbagai produsen telepon pintar tengah gencar merilis produk 5G, seperti Huawei, Samsung dan LG. Meskipun dalam hal ini, Huawei dalam tekanan Amerika Serikat (AS).

Namun, peluncuran produk tersebut terganjal oleh perang dagang antara AS dan China mengenai keamanan jaringan untuk layanan telepon seluler generasi berikutnya.

Diantaranya, tuduhan Presiden AS Donald Trump, yang menyebut Huawei telah membuat jaringan terbesar di dunia sehingga China bisa mematai-matai negara lain.

Hal ini tentunya dikhawatirkan akan memberikan dampak lebih luas terhadap kemajuan perundingan antara dua negara untuk meredakan sengketa perang dagang yang bergemuruh.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pomeo memperingatkan, bahwa peralatan Huawei akan membahayakan kemitraan dengan Eropa dengan ekonomi terbesar di dunia.

Tidak sampai situ, delapan pejabat AS diperkirakan akan mengunjungi Barcelona, Spanyol. Suatu negara, tempat perusahaan-perusahaan terkemuka berkumpul dan mengadakan pekan perdagangan tahunan.

Huawei dan GSM Association atau disebut dengan Global System for Mobile Communication membantah terlibat dalam pekerjaan intelijen untuk pemerintah mana pun, dan mereka tengah berupaya menjelaskan ke media AS dan Inggirs untuk beberapa hari terakhir.

GSMA berupaya menangkal larangan terhadap vendor China di pasar Eropa. Direktur Pemasaran GSMA Andres Parker mengatakan, asosiasi akan melobi untuk melindungi persaingan dalam rantai pasokan.

“Semakin banyak pilihan yang dimiliki industri, semakin banyak pula pasokan. Artinya, semakin baik pula nilai yang didapatkan oleh setiap orang. Kami akan tetap berpegang teguh dan mendorong batas persaingan yang baik untuk industri,” kata Parker, seperti yang dilansir, Reuters, Senin (25/2).

Australia dan Selandi Baru telah menghentikan operator yang menggunakan peralatan Huawei di jaringan mereka. Dalam hal ini, Komisi Eropa juga sedang mempertimbangkan larangan kepada Huawei secara de facto. 

Baca: Utang Pemerintah Pusat Mencapai Rp 4.498,56 Triliun di Januari 2019

Para eksekutif telekomunikasi Eropa mengatakan tengah merencanakan untuk meluncurkan teknologi 5G yang lebih maju. Analis industri memperingatkan bahwa menutup vendor China juga dapat memicu pembalasan dari Beijing.

“Saya menilai gangguan pada ekosistem telekomunikasi ini, sangat mirip dengan situasi Lehman Brothers pada 2008,” kata Bengt Nordstrom, CEO Konsultasi Industri Swedia Northstream, yang merujuk pada bank Wall Street yang keruntuhannya memicu krisis keuangan global.

Pembatasan lebih lanjut dapat memicu persaingan antara pembuat peralatan jaringan. Ericsson dari dSwedia dan Nokia dari Finlandia tengah bersaing dengan Huawei, sementara Samsung Elecstronics dari Korea Selatah telah membuat dorongan besar ke pasar telepon pintar.

Beberapa operator khawatir bahwa, jika Huawei meluncurkan teknologi 5G, maka Eropa akan tertinggal dari negara lain. Pertanyaan lain yang belum dijawab adalah apakah teknologi 5G akan lebih menguntungkan, karena menghubungkan jaringan seluler dengan perangkat kendaraan dan rumah tangga.

“Apakah ini akan diinginkan konsumen dan apakah penggunaan 5G akan meningkatkan ekonomi yang masuk akal. Maka itu harus dilakukan pengujian mulai sekarang untuk melihat dampaknya dalam jangka pendek itu sebagai sesuatu yang layak,” kata Sam Evans, mitra di perusahaan konsultan TMT dan perusahaan investasi Delta Partners, Delta Partners.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved