Terungkap, Pendiri WhatsApp Jual Data Pengguna ke Facebook
Facebook mengakuisisi WhatsApp dengan nilai fantastis sebesar 22 miliar dollar AS (Rp 327 triliun) pada 2014.
Editor:
Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM — Facebook mengakuisisi WhatsApp dengan nilai fantastis sebesar 22 miliar dollar AS (Rp 327 triliun) pada 2014.
Tiga tahun setelahnya, pada September 2017, salah satu pendiri WhatsApp, Brian Acton, menyatakan mundur.
Acton kemudian malah berbalik melawan Facebook dengan mengunggah kicauan disertai tagar #deletefacebook saat skandal pencurian data pengguna Facebook mencuat pada Maret tahun ini.
Belakangan, dalam sebuan wawancara dengan Forbes, dia menerangkan alasannya hengkang, yakni perselisihan pendapat dengan manajemen atas Facebook soal monetisasi WhatsApp.
“Saya menjual privasi para pengguna untuk keuntungan yang lebih besar,” ujar Acton.
“Saya membuat sebuah keputusan dan kompromi. Saya akan mengingat itu sepanjang hidup.” Acton mengaku akhirnya memutuskan hengkang dari Facebook lantaran berselisih paham dengan manajemen perusahaan induk WhatsApp tersebut soal strategi monetisasi yang bakal diterapkan.
Facebook ngotot ingin menyebarkan iklan targeted ads ke pengguna WhatApp, bertentangan dengan motto WhatsApp yang sedari awal menolak “iklan, game, atau gimmick”.
Acton sempat mengusulkan sistem pembayaran berbasis volume. Artinya, pengguna diharuskan membayar setelah melewati pengiriman pesan dalam jumlah tertentu.
Ada juga usulan kepada pemilik bisnis untuk menyalurkan pemberitahuan kepada para pelanggan via WhatsApp, tapi bukan iklan.
Usulan Acton ditolak mentah-mentah lantaran dinilai tak bakal menghasilkan banyak uang. Kepergian Acton segera disusul oleh kawannya sesama pendiri WhatsApp, Jan Koum, yang hengkang tak lama kemudian pada Mei 2018.
Karena keputusannya itu, Acton terpaksa kehilangan sahamnya senilai 850 juta dollar AS (Rp 12,6 triliun) di Facebook yang belum selesai dibayarkan secara bertahap.
“Saya pikir, mereka (Facebook) mau melakukan hal-hal yang saya tak mau. Saya pikir lebih baik kalau saya tak menghalangi,” ujar Acton.
Induk perusahaan iklan, kok tak mau iklan?
Keputusan Acton dan Koum yang menjual WhatsApp ke Facebook, namun berharap tak bakal direcoki iklan, sebenarnya terdengar aneh mengingat Facebook adalah raksasa iklan internet.
Baca: Yang Terjadi Bila Paksakan Mobil Terbaru Tenggak BBM Premium
Sebanyak 98 persen pemasukan Facebook diketahui berasal dari iklan. Di sisi lain, Acton dan Koum terang-terangan menyatakan diri anti-iklan dan melindungi privasi pengguna, termasuk dengan menerapkan enkripsi supaya pesan tak bisa dilacak.