Konglomerat Domestik Ramai-ramai Berburu Rente Bisnis e-Commerce
Proyeksi bisnis ini yang bisa mencapai US$ 4,49 miliar membuat hampir semua konglomerat domestik menggenggam bisnis ini.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Salah satu bisnis yang bakal meroket tahun ini adalah bisnis daring alias e-commerce.
Proyeksi bisnis ini yang bisa mencapai US$ 4,49 miliar membuat hampir semua konglomerat domestik menggenggam bisnis ini.
Ambil contoh, Lazada Indonesia yang saat hari belanja online nasional akhir tahun lalu mencatat transaksi penjualan US$ 40 juta dalam tempo tiga hari saja.
Tidak banyak yang tahu bahwa salah satu pemilik Lazada Group, induk usaha Lazada Indonesia adalah Grup Salim.
Pemilik Lazada Group yakni Rocket Internet awal tahun lalu sudah melego 10% saham ke Philippine Long Distance Telephone Company (PLTD).
Perusahaan telekomunikasi terbesar di Filipina itu membeli saham tersebut senilai € 333 juta.
Ini adalah salah satu lini bisnis dari First Pacific Company Limited.
Perusahaan yang berbasis di Hong Kong ini adalah salah satu lini usaha Grup Salim.
Saat itu, PLTD masuk ke Rocket untuk bisa mengembangkan bisnis online dan sistem pembayaran di pasar negara berkembang.
Termasuk salah satunya negara Asia Tenggara yang menjadi basis pasar Lazada.
Tak heran melihat sepak terjang Lazada ini membuat konglomerat yang lain Grup Lippo melansir daring berlabel Mataharimall.
Label yang sama dengan toko ritel Matahari yang juga masih terafiliasi dengan perusahaan ini.
Menurut Regan Dwinanda, Corporate Communication MatahariMall, supaya tidak kalah langkah dengan pesaing, pihaknya bakal menyasar kota-kota di Indonesia yang belum tersentuh bisnis ini.
Maklum, pebisnis daring yang sudah menjalankan bisnis ini memang fokus di kota-kota besar seperti Jabodetabek.
Berbekal jaringan ritel dan produk properti dari Grup Lippo yang sudah tersebar, kini MatahariMall sudah menjangkau di 451 kota.