Monterrey vs Inter Milan di Piala Dunia Antarklub, Chivu Lanjutkan Formasi Inzaghi

TRIBUNNEWS.COM - 'Cukup bersedih, masa lalu tidak bisa berubah, waktunya Inter menatap masa depan'. Kalimat tersebut menjadi pelecut bagi Cristian Chivu yang menggantikan Simone Inzaghi di kursi kepelatihan Inter Milan.

Inter Milan harus melupakan hasil final Liga Champions yang begitu kelam itu, serta kegagalan kompetisi domestik yang berakibat pada hilangnya kesempatan juara.

Kini, di depan mata ada turnamen pramusim Piala Dunia Antarklub, Inter bisa mengobati rasa sakit dengan penampilan terbaik untuk mencapai kesuksesan.

"Tidak ada alibi atau alasan yang terkait dengan kondisi fisik atau mental. Kami siap. Kami tidak boleh memikirkan masa lalu, karena kami tidak dapat mengubahnya," tegas Chivu pada sesi konferensi pers jelang melawan klub Meksiko, Monterrey, dikutip dari La Gazzetta dello Sport.

Inter di masa depan tidak akan kehilangan motivasi hanya karena kegagalan musim lalu.

Untuk kedua kalinya dalam 4 tahun di bawah asuhan Inzaghi, Inter mencapai final Liga Champions namun selalu gagal.

Kegagalan tersebut adalah pengalaman untuk melangkah lebih hebat, dan tentunya dengan proyek ambisius saat ini, Inter percaya diri.

Baca juga: Era Inter Milan seusai Simone Inzaghi, Cristian Chivu Hadir Membawa Semangat Baru

"Inter masa depan tidak kekurangan motivasi. Kami memperlakukan Piala Dunia Antarklub ini sebagai turnamen penting," ungkapnya.

"Saya katakan bahwa kami perlu memiliki kerendahan hati untuk memahami dan memikirkan satu pertandingan pada satu waktu, sekarang mari kita pikirkan tim dan kemudian kita lihat," sambungnya.

Dalam beberapa tahun ke belakang, Inter telah berjalan di jalur yang benar dengan membentuk pertahanan dan kolektivitas yang baik menggunakan formasi 3-5-2.

Kesinambungan itu yang dipertahankan oleh direksi klub sehingga mengapa akhirnya Chivu dipilih sebagai penerus Simone Inzaghi.

Awalnya, Chivu bermain dengan skema 4 bek menggunakan formasi 4-3-3, 4-2-3-2, hingga 4-1-4-1.

Seiring dengan berjalannya waktu dan kondisi tim, formula tersebut berubah.

Chivu menggunakan skema 3 bek dengan formasi 3-5-2 hingga mampu membuat Parma lolos dari jeratan degradasi musim lalu.

"Di Italia kami selalui sdikit terlalu terikat pada modul dan sistem. Sebaliknya, prinsip-prinsip permainan diperhitungkan, itu lebih penting," menurut Chivu.