Sabtu, 4 Oktober 2025

Timnas Indonesia

Lihat Skuad Timnas Indonesia Saat Ini, Sergio van Dijk Berandai-andai Bisa 15 Tahun Lebih Muda

Melihat kualitas skuad Timnas Indonesia saat ini, Sergio van Dijk tak bisa menahan diri untuk berandai-andai menjadi 15 tahun lebih muda.

TRIBUN JABAR/DENI DENASWARA
MANTAN STRIKER TIMNAS - Sergio van Dijk saat bergabung bersama Persib Bandung, Rabu (17/5). Kekuatan skuad Timnas Indonesia yang baru dengan banyak diisi pemain naturalisasi turut mengundang komentar dari mantan striker naturalisasi Indonesia, Sergio van Dijk. 

TRIBUNNEWS.COM - Kekuatan skuad Timnas Indonesia yang baru dengan banyak diisi pemain keturunan turut mengundang komentar dari Sergio van Dijk.

Timnas Indonesia dihadapkan dengan tantangan melawan Australia di Allianz Stadium Sydney pada Kamis (20/3/2025). 

Setelah enam dari 10 pertandingan dimainkan, Timnas Indonesia berada di posisi ketiga Klasemen Grup C Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan koleksi enam poin.

Posisi teratas diisi Jepang dengan 16 poin. Namun, hanya satu poin yang memisahkan Australia di urutan kedua dan China di posisi terbawah di urutan keenam.

Oleh karenanya, kemenangan di kandang Australia nanti akan msemakin mendekatkan harapan Timnas Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026.

Di tengah euforia performa pesat Garuda ini, mantan striker naturalisasi, Sergio van Dijk, mengungkapkan pandangannya soal Timnas Indonesia.

Melihat kualitas skuad Timnas Indonesia saat ini, ia tak bisa menahan diri untuk berandai-andai menjadi 15 tahun lebih muda.

Van Dijk, yang kini berusia 42 tahun, adalah salah satu pionir dalam program naturalisasi Indonesia. 

Bersama dengan Irfan Bachdim, Raphael Maitimo, dan Stefano Lilipaly, Van Dijk menjadi bagian dari gelombang pertama pemain yang menjalani naturalisasi. 

Baca juga: Media Luar Soroti Duel Australia vs Indonesia: Gantikan Posisi Jepang, Garuda Buat Rivalitas Positif

Sebagai seorang striker, Van Djik memiliki rekam jejak yang mentereng dengan sepuluh klub di resumenya, yang membuat beberapa orang menyebutnya sebagai seorang pengembara.

Namun, terlepas dari label apapun itu, pada puncaknya kariernya, dia adalah striker menakutkan.

Pemain dengan kepala plontos ini dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak di A-League di Australia pada musim pertamanya bersama Adelaide United pada 2010.

Setelah kegemilangannya di Australia itu, tawaran untuk membela Indonesia datang dan akhirnya ia bisa membela tempat kelahiran kedua kakek-neneknya mulai 2013.

Namun sayang, setelah dinaturalisasi ia hanya sedikit bermain untuk Timnas Indonesia. Dualisme PSSI pada 2011-2012 turut memengaruhi performa Timnas Indonesia setelahnya.

Pada masa itu, proses seorang pemain untuk menjadi WNI untuk bermain di tim nasional bukanlah hal yang mudah. 

Berbeda dengan saat ini, hampir tiga perempat dari skuad Indonesia berisi pemain naturalisasi. Dalam waktu tiga tahun terakhir saja, Indonesia telah menaturalisasi hampir dua lusin pemain, sebagian besar dari Belanda. 

Hubungan historis antara kedua negara berperan besar dalam fenomena ini, memungkinkan banyak pemain keturunan Indonesia di Eropa untuk memperkuat Garuda.

Banyaknya pemain naturalisasi ini telah mengangkat performa Timnas Indonesia. Namun demikian, ketajaman lini masih belum cukup memuaskan.

Terbukti sejauh ini Timnas Indonesia baru mencetak enam gol dari enam laga, sekalipun itu cukup untuk mengungguli Arab Saudi.

Timnas Indonesia sebelumnya mengandalkan Rafael Struick dan Ragnar Oratmangoen di lini depan. Namun performa keduanya masih belum cukup konsisten.

Enam pemain Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen, Calvin Verdonk, Shayne Pattynama, Thoma Haye, Mees Hilgers dan Sandy Walsh tengah memarkan jersey home anyar Timnas Indonesia. dok: tangkapan layar Instagram Timnas Indonesia.
Enam pemain Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen, Calvin Verdonk, Shayne Pattynama, Thoma Haye, Mees Hilgers dan Sandy Walsh tengah memarkan jersey home anyar Timnas Indonesia. dok: tangkapan layar Instagram Timnas Indonesia. (HandOut/IST)

Baca juga: Modal Ole Romeny Curi Perhatian di Timnas Indonesia, Patrick Kluivert Jadi Penentu

Melihat hal itulah terbesit candaan Sergio van Dijk seolah ingin berusia 15 tahun lebih muda lagi agar bisa membantu Timnas Indonesia

"Saya sering berpikir tentang itu (kembali bermain untuk Indonesia)," ujar dalam wawancara bersama The Asian Game. 

"Tim ini masih kekurangan daya gedor di lini depan," kata dia.

Kurangnya ketajaman lini depan inilah yang juga menjadi perhatian serius hingga akhirnya menaturalisasi Ole Romeny.

Pemain 24 tahun ini memiliki pengalaman di Eredivisie bersama NEC Nijmegen, FC Emmen, dan FC Utrecht. 

Kini bermain untuk Oxford United di Championship, ia diharapkan bisa menjadi solusi atas minimnya produktivitas gol Indonesia.

"Dia memiliki beberapa pengalaman di level yang bagus, jadi saya berharap banyak darinya," kata van Dijk.

"Tapi apakah dia pencetak gol sebenarnya yang kita butuhkan? Saya belum tahu," terangnya.

Berharap Strategi Jangka Panjang

Terlepas dari candaannya itu, Sergio van Djik memberi kritikan tajam terhadap kebijakan naturalisasi pemain.

Meski mengakui bahwa naturalisasi telah membawa dampak instan dalam meningkatkan performa tim, ia menyoroti efek jangka panjangnya terhadap perkembangan pemain lokal.

Van Dijk melihat bahwa kebijakan naturalisasi yang agresif dapat menurunkan motivasi pemain lokal. 

Dengan semakin banyaknya pemain keturunan yang masuk ke tim utama, pemain yang lahir dan berkembang di Indonesia menghadapi persaingan yang semakin sulit.

Keputusan Patrick Kluivert dalam pemanggilan pemain di Kualifikasi Piala Dunia 2026 bulan Maret ini turut memperkuat kekhawatiran ini. 

Dalam jendela internasional kali ini, pelatih baru Patrick Kluivert memanggil nama-nama seperti Emil Audero (mantan kiper Sampdoria dan Inter Milan), Dean James (Go Ahead Eagles), dan Joey Pelupessy (mantan Sheffield Wednesday).

Baca juga: Kesan Patrick Kluivert Pimpin Sesi Latihan Perdana Timnas Indonesia, Singgung Soal Kualitas Pemain

Beberapa pemain yang sebelumnya menjadi andalan era Shin Tae-yong, seperti Witan Sulaeman, Asnawi Mangkualam, Yakob Sayuri, dan Egy Maulana Vikri, kini tak mendapat tempat dalam skuad terbaru.

Bagi Van Dijk, strategi ini bisa dipahami dalam jangka pendek, terutama demi mencapai target besar: lolos ke Piala Dunia 2026.

Namun, ia menegaskan pentingnya investasi jangka panjang dalam pengembangan pemain muda.

"Apakah masih menjadi impian bagi anak-anak Indonesia untuk bermain di tim nasional, ketika mereka melihat sebagian besar pemain berasal dari luar negeri?" tanyanya.

"Kita harus punya rencana yang jelas setelah ini. Jika Indonesia lolos ke Piala Dunia, itu luar biasa. Tapi setelah itu apa? Harus ada strategi untuk membangun generasi berikutnya," jelasnya.

Peluang Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Saat ini, Indonesia berada di posisi ketiga Grup C, sejajar dengan Arab Saudi, Bahrain, dan China dengan enam poin. 

Dengan dua pertandingan di depan mata, Garuda wajib meraih poin maksimal melawan Australia dan Bahrain untuk menjaga peluang lolos.

Van Dijk optimistis menang dengan laga melawan Bahrain. Sedangkan untuk laga melawan Australia, ia menekankan pentingnya disiplin dalam bertahan. 

"Jika mereka bermain dengan intensitas seperti saat menang melawan Arab Saudi, saya yakin bisa mendapatkan hasil bagus saat melawan Bahrain," katanya.

"Melawan Australia, jika bisa menjaga gawang tetap bersih, minimal hasil imbang sudah cukup bagus untuk Indonesia," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Tio)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Liverpool
6
5
0
1
12
7
5
15
2
Bournemouth
7
4
2
1
11
8
3
14
3
Arsenal
6
4
1
1
12
3
9
13
4
Crystal Palace
6
3
3
0
8
3
5
12
5
Tottenham
6
3
2
1
11
4
7
11
© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved