Jumat, 3 Oktober 2025

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Hasil Investigasi Visual Forensik: Polisi Tembakkan 40 Lebih Amunisi, Termasuk Gas Air Mata

Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang meninggalkan duka yang mendalam tak hanya bagi Indonesia namun juga seluruh dunia.

Editor: Muhammad Barir
KOMPAS.com/SUCI RAHAYU
Suasana di area Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, seusai kericuhan penonton yang terjadi seusai laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam. Berikut fakta-fakta terkait tembakan gas air mata di Kerusuhan Stadion Kanjuruhan. 

Korban selamat mengatakan sebagian besar kematian terjadi setelah beberapa pintu terkunci, kata saksi mata, yang semakin memicu kepanikan.

Presiden Joko Widodo telah memerintahkan peninjauan kembali seluruh stadion yang ada di Indonesia.

Hingga Kamis, para pejabat mengatakan 131 orang telah meninggal, termasuk 40 anak-anak.

Lembaga perlindungan hak asasi manusia, termasuk Amnesty International Indonesia, mengatakan jumlah korban di Kabupaten Malang di Indonesia bisa mencapai 200 orang.

Pemerintah Indonesia telah menyerukan penyelidikan atas insiden tersebut, yang merupakan salah satu tragedi terbesar yang merenggut nyawa terbanyak dalam sejarah sepak bola.

Pejabat kepolisian provinsi mengatakan penggunaan gas air mata dibenarkan karena “ada anarki,” tetapi para ahli pengendalian massa yang meninjau rekonstruksi video yang disediakan tidak sepakat.

Kapolres Malang dan sembilan petugas lainnya diberhentikan pada hari Rabu karena peran mereka dalam bencana tersebut. 18 petugas lainnya juga sedang diselidiki.

FIFA melarang gas pengendali massa digunakan di dalam stadion dan mengamanatkan bahwa gerbang keluar dan pintu keluar darurat tetap tidak terhalang setiap saat.

Dari beberapa video yang viral menunjukkan bahwa polisi, tak lama setelah pertandingan berakhir, menembakkan setidaknya 40 amunisi ke penggemar baik di lapangan ataupun ke tribun.

Sebagian besar gas melayang menuju bagian tempat duduk, atau "tribun", 11, 12 dan 13.

Video menunjukkan Polisi yang berdiri di depan seksi 13 menembakkan gas air mata ke lapangan dan naik ke tribun, mendorong ribuan penonton untuk mengungsi dari tempat duduk mereka.

Penumpukan orang terjadi di pintu keluar, yang hanya cukup lebar untuk dilewati satu atau dua orang sekaligus, kata saksi mata.

Clifford Stott, seorang profesor di Universitas Keele di Inggris yang mempelajari kepolisian penggemar olahraga, meninjau video yang disediakan dan mengatakan bahwa apa yang terjadi di Kanjuruhan adalah akibat langsung dari tindakan polisi yang dikombinasikan dengan manajemen stadion yang buruk.

Bersama dengan pakar pengendalian massa lainnya dan empat pembela hak-hak sipil, dia mengatakan penggunaan gas air mata oleh polisi tidak proporsional.

"Menembakkan gas air mata ke tribun penonton saat gerbang terkunci kemungkinan besar tidak akan menghasilkan apa-apa selain korban jiwa dalam jumlah besar," katanya. "Dan itulah yang terjadi."

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Liverpool
6
5
0
1
12
7
5
15
2
Arsenal
6
4
1
1
12
3
9
13
3
Crystal Palace
6
3
3
0
8
3
5
12
4
Tottenham
6
3
2
1
11
4
7
11
5
Sunderland
6
3
2
1
7
4
3
11
© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved