Jumat, 3 Oktober 2025

Piala Afrika

Sadio Mane Bayar Seluruh Biaya Perawatan Rumah Sakit untuk Anak yang Terancam Jiwanya, Ini Ceritanya

Cerita baik  datang dari pesepak bola Senegal, Sadio Mane. Disebutkan, Sadio Mane bersedia membayar tagihan rumah sakit untuk biaya seorang anak

Penulis: Muhammad Barir
CHARLY TRIBALLEAU / AFP
Pemain depan Senegal Sadio Mane memegang trofi sebelum upacara setelah menang setelah pertandingan sepak bola final Piala Afrika (CAN) 2021 antara Senegal dan Mesir di Stade d'Olembe di Yaounde pada 6 Februari 2022. 

Akan tetapi, hal tersebut tak memadamkan api semangat Mane yang bertekad menjadi pesepak bola profesional.

Saat masih berusia 16 tahun, Mane membuat keputusan besar dalam hidupnya. Pemain kelahiran Sedhiou ini nekat pergi ke Dakar, ibu kota Senegal, untuk bergabung dengan sebuah akademi sepak bola.

Mane muda seolah tak peduli dengan keterbatasannya.

Bermodalkan uang pinjaman dari sang sahabat, dia berjuang untuk mewujudkan mimpinya dimulai dari belajar di akademi.

Orangtua Mane sebetulnya tidak mengizinkannya meninggalkan sekolah, tetapi dia nekat melarikan diri demi sepak bola.

"Saya mempersiapkan segalanya setiap menit karena tahu bahwa saya tidak punya uang sama sekali," kata Mane.

"Saat matahari terbenam, saya bersembunyi di rerumputan tinggi di depan rumah saya. Keesokan paginya, saya menyikat gigi dan bahkan tidak mandi," ucapnya.

“Saya pergi tanpa memberi tahu siapa pun, selain sahabat saya. Saya berjalan lama untuk bertemu dengan seorang teman yang meminjamkan saya sejumlah uang agar saya bisa naik bus ke Dakar," kata Sadio Mane memulai cerita tentang awal kariernya.

Sesampainya di Dakar, Mane langsung mendapatkan tempat tinggal dan mulai berlatih di akademi sepak bola yang dituju.

"Saya disambut oleh keluarga yang Saya tidak tahu, saya langsung mengikuti sesi latihan di tim yang diakui".

Namun, orangtua Mane pada akhirnya mengetahui keberadaannya setelah mendesak sang sahabat untuk memberitahu.

Mane kemudian berbicara panjang dengan orangtuanya via telepon. Dia akhirnya mendapatkan persetujuan untuk mencoba peruntungan di sepak bola.
Hari-harinya tidak berjalan mudah saat menimba ilmu di akademi. Hal tersebut karena banyak yang memandangnya dengan sebelah mata.

"Ada 200 atau 300 anak muda yang mengantri untuk kesempatan mereka, itu mulai buruk bagi saya karena ketika saya menampilkan diri, saya ditertawakan".

"Saya tidak terlihat seperti pesepakbola. Saya mengenakan celana yang tidak terlihat seperti celana pendek sepak bola".

"Dan sepatu bola saya benar-benar robek di bagian samping dan telah saya perbaiki dengan kawat sebaik mungkin".

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved