Sabtu, 4 Oktober 2025

Super Pandit

Kolektivitas Chelsea Hancurkan Leicester, 17 Pemain Berbeda Sudah Nyekor, Tuchel tak Butuh Lukaku?

Skema Tuchel yang mengedepankan kolektivitas antar pemain memang membuat Chelsea tak bertumpu pada satu pemain untuk menjebol gawang lawan.

Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
Ben STANSALL / AFP
Bek Chelsea asal Jerman Antonio Rudiger dikerumuni rekan setimnya setelah mencetak gol pembuka pada pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Leicester City dan Chelsea di King Power Stadium di Leicester, Inggris tengah pada 20 November 2021. 

TRIBUNNEWS.COM - Chelsea berpesta gol ke gawang Leicester City dalam pekan ke-13 Liga Primer Inggris pada Sabtu, (20/11/2021) malam WIB.

Chelsea sukses mencukur tim tuan rumah, Leicester City dengan skor meyakinkan tiga gol tanpa balas.

Bermain di kandang lawan menghadapi tim sekaliber The Foxes, Tuchel memakai skema 3-4-2-1 dengan menaruh Havertz di depan sebagai false nine disokong oleh dua pemain energik, Hudson Odoi dan Mason Mount.

The Blues berusaha mengeksploitasi pertahanan Leicester menggunakan kreatifitas Mount dan kecepatan Hudson Odoi.

Gelandang Chelsea AS Christian Pulisic (2R) merayakan mencetak gol ketiga timnya selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Leicester City dan Chelsea di Stadion King Power di Leicester, Inggris tengah pada 20 November 2021.
Gelandang Chelsea AS Christian Pulisic (2R) merayakan mencetak gol ketiga timnya selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Leicester City dan Chelsea di Stadion King Power di Leicester, Inggris tengah pada 20 November 2021. (Ben STANSALL / AFP)

Baca juga: Hasil Liga Inggris - Chelsea Mantap di Puncak Klasemen Usai Permalukan Leicester, Pulisic Istimewa

Baca juga: Berita Chelsea: Tuchel Tepis Isu Kepindahan Ziyech, Barcelona Terancam Gigit Jari

Mount lebih banyak bergerak ke tengah, sedangkan Odoi fokus melakukan penetrasi dari sisi sayap penyerangan Chelsea.

Agresifitas mereka membuat pertahanan The Foxes kelimpungan, sehingga Chelsea mampu mencatatkan empat corner kick di babak pertama.

Hasilnya pun istimewa, The Blues berhasil mencuri gol cepat di menit ke 14' melalui soundulan kepala Rudiger menyambut umpan corner Chillwell.

Lalu, gol-gol Chelsea selanjutnya dicetak oleh N'golo Kante dan Christian Pulisic masing-masing di menit ke 28' dan 71'.

Progresi skema Thomas Tuchel lebih efektif ketika Chelsea bermain tanpa striker murni atau false nine.

Meski tak mencetak gol, Havertz mampu membuka runag bagi Mount dan Odoi untuk bermain lebih menusuk dan fleksibel.

Havertz yang sering bergerak ke lini tengah dan samping membuat Mount bebas bergerak untuk mengisi pos yang ditinggalkan pemain asal Jerman tersebut.

Pun dengan keleluasaan para wing back The Blues, ketiadaan Lukaku yang sering berada di kotak penalti membuat Chillwell dan Reece James bebas untuk masuk ke kotak penalti tanpa bertabrakan dengan striker Chelsea.

Beberapa kali, keduanya mampu melakukan overlap dan bergerak ke dalam kotak penalti dan menciptakan peluang berbahaya bagi The Blues.

Saat Pulisic dan Ziyech dimainkan pun, serangan Chelsea tak sedikitpun kendor, Pulisic yang didapuk sebagai penyerang tengah, sukses menyumbangkan satu gol menyambut umpan Ziyech.

Memasang striker palsu di depan jelas membuat skema yang diterapkan Tuchel begitu cair, kolektivitas pemain dan position play mereka sangat tertata.

Para pemain kreatif dan cepat dalam skuatnya dapat bermain lebih bebas dan mencolok karena fleksibilitas ruang di depan.

Lukaku yang tengah didekap cedera dan mengalami paceklik gol hingga di delapan pertandingan memang sebuah hal yang mengecewakan dan merugikan untuk The Blues.

Namun, ada sisi positif dibalik absennya pemain yang diboyong dari Inter Milan dengan harga 115 juta euro tersebut.

Hampir seluruh pemain Chelsea mampu mencetak gol, itu terbukti dari hitungan Squawka yang mencatat ada 17 pemain The Blues yang mampu mencatatkan namanya di papan skor.

Skema Tuchel yang mengedepankan kolektivitas antar pemain memang membuat Chelsea tak bertumpu pada satu pemain untuk menjebol gawang lawan.

The Blues dapat mencetak gol lewat bola set piece, corner, serta permainan open play. 

Sang juru taktik asal Jerman tersebut memang membuat tim yang bermarkas di Stamford Bridge tersebut menjadi tim yang mengerikan.

Raihan gelar Champions Leaguenya musim lalu menjadi bukti dari begitu handalnya dia dalam meracik strategi dan memotivasi para pemainnya.

Saat ini, The Blues juga berada di puncak klasemen Liga Primer Inggris dengan torehan 29 poin, mereka unggul enam angka dari Manchester City yang berada posisi kedua.

Masalah Lukaku di Chelsea

Nama Romelu Lukaku tak tercatat di papan skor ketika Chelsea bertanding melawan Tottenham Hotspur, Aston Villa, Manchester City, Juventus, Southampton, Brentford, dan Malmo.

Ya, selama 2 bulan lamanya Lukaku tak menyumbangkan satu gol pun untuk The Blues, sebelum akhirnya ia harus menepi selama 1 bulan karena cedera.

Thomas Tuchel pun beralasan bahwa ia masih beradaptasi dengan stiker barunya tersebut, juru taktik asal Jerman itu juga menambahkan bahwa lukaku terlalu banyak dimainkan di musim ini.

ketika harus menjadi juru gedor Chelsea, Lukaku juga menjadi tumpuan Timnas Belgia di lini depan.

Alasan Tuchel memang ada benarnya, namun, jika dilihat dari kualitas Romelu Lukaku, seharusnya ia tak kesulitan dalam urusan merobek jala gawang lawan, performanya di Inter begitu sempurna.

Hal tersebut-lah yang menjadi alasan Chelsea berani mengeluarkan dana yang tak sedikit untuk memboyongnya, dan Tuchel pun mengakui kualitas strikernya itu.

“Dia (Lukaku) adalah atlet yang fantastis dan pria yang kompetitif sehingga dia ingin memenangkan segala hal," Kata Tuchel dilansir The Guardian.

Lantas, melihat aspek tersebut, beberapa asumsi menyalahkan Thomas Tuchel yang dirasa tak mampu memaksimalkan kemampuan Lukaku, salah satunya Antonio Conte.

"Jika Anda memiliki penyerang tengah seperti Lukaku, anda perlu menggunakan dia, dan saya rasa Chelsea belum menemukan cara untuk menggunakannya," kritik tajam Conte dilansir Goal.

Ya, Lukaku memang dibuat garang oleh Antonio Conte, jika di Manchester United Lukaku mengalami paceklik, penampilannya di Inter Milan begitu tajam.

Sempat dianggap terlalu mahal saat mendarat di San Siro, nyatanya polesan tangan dingin Conte mampu membuat Lukaku menjadi penyerang sohor yang namanya disejajarkan bersama Ronaldo dan Immobile di Liga Italia musim lalu.

Dari 44 pertandingan bersama Inter Milan di musim 2020/2021, pria asal Belgia itu sukses mencetak 30 gol dan 10 assist untuk Nerazzurri.

Di Inter, Conte menduetkan pemain Lukaku bersama Lautaro Martinez yang lebih dominan berada di lini tengah. Hal tersebut membuat Lukaku bermain lebih fleksibel.

Striker berbadan tambut tersebut, banyak bergerak di sisi kiri, kanan, hingga menjemput bola sampai ke tengah.

Hal tersebut membuat Lukaku mampu mencari ruang-nya sendiri untuk menciptakan gol, dan hal tersebutlah yang tak terlihat di Chelsea.

Tuchel dengan pakem 3-4-3 dan 3-5-2 andalannya, sering menduetkan Lukaku bersama Werner. Masalahnya adalah, Werner bukanlah pemain yang nyaman berada di kotak penalti.

Itu membuat Lukaku lebih dioptimalkan oleh Tuchel untuk berada lebih banyak berdiri di kotak 16, tentu hal tersebut berpengaruh pada ketajaman sang pemain.

Musim ini, dilansir Fbref, shots total Lukaku berada di angka 2.66 per pertandingan, jauh turun dibandingkan musim lalu saat dirinya masih bermain untuk Inter, shots total Lukaku mencapai angka 3.78 per pertandingan.

(Tribunnews.com/Deivor)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Liverpool
6
5
0
1
12
7
5
15
2
Arsenal
6
4
1
1
12
3
9
13
3
Crystal Palace
6
3
3
0
8
3
5
12
4
Bournemouth
7
3
3
1
8
7
1
12
5
Tottenham
6
3
2
1
11
4
7
11
© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved