Super Pandit
Titik Kemegahan Chelsea: Tangan Dingin Thomas Tuchel, Efisiensi Mason Mount, dan Pujian Jurgen Klopp
Ulasan mengenai Performa Mentereng Chelsea di bawah Nahkoda Thomas Tuchel serta efisiensi Mason Mount yang mampu mengangkat performa The Blues.
Tuchel dikenal sebagai pelatih yang adaptif. Ia sering menyesuaikan taktiknya dengan taktik tim lawan, guna meraih hasil yang ia inginkan.
Meski gagal menghentikan dominasi Bayern Munchen di Bundesliga, Tuchel suskes mempersembahkan gelar DFB-Pokal 2017 untuk Dortmund.
Setelah menyumbangkan gelar satu-satunya untuk Dortmund, Tuchel justru dipecat karena berselisih paham dengan CEO Dortmund kala itu, Hans-Joachim Watzke.
Satu tahun setelahnya, tepatnya ditahun 2018, Thomas Tuchel direkrut oleh Paris Saint-Germain guna menggantikan Unai Emery yang dianggap gagal.
Di Paris, Tuchel berhasil menyumbangkan enam piala Prancis dan dua gelar Ligue 1.
Tuchel juga sukses membawa PSG ke final Liga Champions 2020 untuk pertama kalinya.
Namun, keputusan mengejutkan dilakukan oleh manajemen PSG dengan memilih memecat Tuchel di tengah musim 2021 untuk digantikan oleh Mauricio Pochettino.
Karir mentereng Tuchel bersama Chelsea dimulai hingga sekarang
Presiden Chelsea, Roman Abramovich pada akhirnya memutuskan untuk memecat Frank Lampard, Imbas dari inkonsistensinya The Blues yang berada di peringkat ke-7 Liga Inggris.
Tak menunggu lama, pada Januari 2021, Thomas Tuchel ditunjuk untuk menjadi nahkoda baru Chelsea, pelatih asal Jerman itu dikontrak 18 bulan oleh The Blues dengan opsi perpanjangan satu musim.
Tuchel sukses membuat para pemain Chelsea mampu mengimplementasikan taktik yang diusungnya.
Tuchel mampu membangun The Blues menjadi tim yang kuat dalam bertahan dan menyerang, Lewat skema 3-4-3 dengan adaptasi 3-4-2-1 dan 3-5-2.
Lewat skema itu juga, Tuchel sukses membawa The blues lolos ke partai final Liga Champions sekaligus menjuarainya.
Contoh paling nyata dari skema itu adalah ketika Chelsea mempermalukan Manchester City di final Liga Champions 2021.
Tuchel berhasil mementahkan strategi Pep Guardiola dengan menutup rapat lini tengah.