Gunandi Prasetiyo, Pemain Tarkam Asal Bogor Pernah Dikejar Penonton Pakai Golok
Sebagai liga antar kampung dan tidak profesional, tarkam nyatanya kerap menyuguhkan banyak cerita-cerita menarik untuk dikupas.
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Sebagai liga antar kampung dan tidak profesional, tarkam nyatanya kerap menyuguhkan banyak cerita-cerita menarik untuk dikupas.
Tak hanya kisah perjuangan, kisah sedih, namun ada pula kisah mengerikan yang pernah tersaji di pemain tarkam.
Kali ini, kisah muncul dari sosok Gunandi Prasetiyo, pemain Tarkam asal Bogor, Jawa Barat. Pemain yang punya 24,3 ribu follower di Instagram ini, sering pula disebut bintangnya tarkam.
Ia membagikan kisah mengerikan yang sempat ia alami kala bermain tarkam beberapa tahun lalu.
"Saya pernah dikejar-kejar orang pakai golok saat bermain tarkam," bukanya.
Kal itu, dirinya bermain untuk salah satu tim di Kecamatan Jasinga, Jawa Barat. Ia tidak tahu bahwa lawannya adalah tuan rumah.
Saat dirinya tiba, ia hanya melihat lapangan sudah penuh dikelilingi oleh penonton.
"Saya bermain di sayap kanan. Babak kedua, kami sudah unggul 1-0, satu waktu, saya duel udara dengan bek lawan. Saya tidak tahu kalau kepalanya masuk, dan kena sikut, karena dia juga heading (menyundul). Kami sama-sama jatuh. Saat itu, ada suara dari penonton pakai bahasa sunda yang artinya, "awas kamu, nanti tidak bisa pulang". Saya menoleh, saya lihat ada penonton yang menunjukkan kepala golok di pinggang dia," kenangnya.
Lanjutnya, kala itu dirinya pun takut dan memilih pindah ke sayap kiri, ia bergantian dengan Dodi Kuswara (mantan pemain Persikabo).
Namun, hal yang sama pun terjadi pada Dodi.
"Dia kan sayap kiri. Tapi saya minta ganti posisi, saya tidak ngomong soal ancaman golok tadi. Tiba-tiba jelang menit akhir, dia duel udara dengan pemain yang sama, dan tangannya menyentuh pelipis bek itu. Saat itu, penonton masuk ke lapangan menenteng golok dan cerulit. Saya masih ingat dulu teman saya nyuruh saya buka baju dan lari ke arah kebun sawit. Momen itu dulu menegangkan ya. Setengah penonton mengejar Dodi, setengah lagi mengejar saya," terangnya.
Lantas, dirinya pun berlari sekencang-kencangnya ke arah kiri ke kebun sawit yang tak jauh dari lapangan.
Dengan dihantui rasa takut, ia terus berlari hingga ia melihat satu pesantren dan masuk ke dalamnya.
"Itu jam lima sore. Seingat saya, itu pesantren sedang kosong, hanya ada satu penjaga. Saya minta tolong ke dia untuk bersembunyi. Saya jelasin alasannya. Dia pun mengamankan saya di dalam. Saya bersembunyi sampai jam sembilan malam," ucap ayah dari satu anak ini.