Liga Champions
Pelatih Persib Jagokan Liverpool Juara Liga Champions 2019, Ini Analisisnya
Meski menurutnya, final Liga Champions musim ini seperti antiklimaks, lantaran mempertemukan kedua tim asal Inggris.
Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Final Liga Champions 2018/2019 akan mempertemukan Liverpool melawan Tottenham Hotspur, laga ini akan digelar di Estadio Wanda Metropolitano, Madrid, Minggu (2/6/2019) dini hari.
Pada laga final nanti, pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts menjagokan Liverpool FC menjuarai Liga Champions musim ini.
Meski menurutnya, final Liga Champions musim ini seperti antiklimaks, lantaran mempertemukan kedua tim asal Inggris.
"Saya harus katakan bahwa ini antiklimaks karena empat klub (Inggris) masuk final di dua ajang berbeda dan banyak tim yang lebih layak, jadi ada sedikit keberuntungan. Tapi saya menjagokan Liverpool untuk menjadi juara. Saya pikir 3-1 untuk Liverpool" ujar Robert, saat ditemui di Stadion Arcamanik, Kota Bandung, Jumat (31/5/2019).
Baca: Ani Yudhoyono Telah Siapkan Batik Keluarga untuk Lebaran 2019, Terkuak dari Unggahan Annisa Pohan
Menurut Robert, Liverpool memiliki peluang lebih besar menjadi juara lantaran pelatih dan pemainnya memiliki motivasi berlipat setelah gagal di final musim lalu serta gagal di Liga domestik dari Manchaster City.
Selain itu, sambung Robert, Liverpool juga telah menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan dalam tiga tahun terakhir.
"Lini depan mereka terlalu berhasrat untuk meraih juara dan mereka juga lebih berambisi. Tottenham juga begitu tapi Liverpool saya rasa lebih berhasrat. Saya lihat Liverpool juga sudah berinvestasi besar-besaran selama tiga tahun terakhir dengan membeli pemain-pemain terbaik. Banyak uang mereka keluarkan jadi ini waktunya mereka meraih gelar juara tahun ini," katanya.
Kesal Laga Arema FC Vs Persib Ditunda
Pelatih Persib Bandung, Robert Alberts, mengatakan pertandingan menghadapi Arema FC yang sedianya digelar di Stadion Kanjuruhan Malang, Jumat (14/6/2019) ditunda
Belum diketahui alasan pertandingan ini ditunda.
Namun ditenggrai bahwa laga Timnas Indonesia melawan Vanuatu menjadi penyebab pertandingan ini akhirnya harus dijadwalkan ulang
Pembatalan ini membuat pelatih asal Robert Alberts ini cukup berang.
Bahkan Robert Alberts mengatakan pembatalan ini melanggar aturan FIFA.
"Sebelum itu saya harus mengekspresikan pikiran saya karena ini bukan urusan saya. Saya harus mengoreksi bahwa Ini melawan regulasi sepak bola karena harusnya tidak ada kompetisi lokal dalam agenda FIFA," ujar Robert Alberts setelah memimpin latihan di Stadion Arcamanik, Jumat (31/5/2019).
Kekesalan Robert Alberts semakin memuncak karena ini merupakan laga kedua Maung Bandung yang batal.
Sebelumnya Persib Bandung pun harus mengalami penundaan jadwal pada saat menghadapi Tira Persikabo.
"Untuk Persib kami dua kali pertandingan harus dibatalkan dan saya tidak pernah mengalami hal ini dalam karier saya," kata Robert Alberts.

Pembatalan ini, kata Robert Alberts, menghancurkan semua program latihannya.
Ia menambahkan, program yang sudah ia susun bersama tim pelatih harus diubah lagi dengan pembatalan ini.
"Karena kami mulai liga dengan rencana dan harusnya ikut rencana, bukan ganti pertandingan. Pemain main, pemain latihan, pemain main pemain latihan, itu membangun tim sambil memulai musim, tapi kami tidak bisa melakukan itu karena game ditunda dan kita harus ganti gim," katanya.
Dia pun menyinggung soal jadwal Timnas Indoensia yang selalu berbentorkan dengan pertandingan Liga 1.
Seharusnya, kata Robert Alberts, Liga 1 bisa menjadi tempat produksi pemain yang baik untuk Timnas Indonesia.
Namun jika jadwal saja masih sulit konsisten, maka kata Robert Alberts, akan sangat sulit memproduksi pemain hebat bagi Timnas Indonesia.
"Saya tahu posisi timnas, setiap pelatih harus memproduksi pemain terbaik untuk timnas. Tapi jika kita tidak bisa main gimana kita mau produksi pemain untuk timnas. Karena kita harus ikut liga, memproduksi pemain untuk ada di level terbaiknya dan timnas bisa memilihnya. Itu bukan jadi alasan untuk memakluminya," ucapnya.
"Itu tidak terjadi di Eropa karena timnas main maka kompetisi berhenti. Kita harus mulai belajar untuk bisa berkembang dengan mulai dari mengikuti regulasi FIFA dan agenda FIFA. Jadi semua pertandingan bisa sesuai," ujarnya.