Samuel Eto'o, Pemain Berbakat dari Afrika

TRIBUNNEWS.COM - Pesona Samuel Eto'o memang belum sehebat Roger Milla atau George Weah dari Liberia. Weah yang merumput di Liga Italia disebut-sebut sebagai pemain paling berbakat yang pernah dilahirkan Benua Afrika.

Tapi dalam satu dekade terakhir, Eto'o menjadi sumber pijar bagi pemain muda Afrika. Apalagi dia bergaya hidup glamor dengan koleksi mobil mewah. Ia pula yang memberikan hadiah mobil mewah bagi Roger Milla yang menjadi pendahulunya.

Sebagai salah satu pemain paling senior, Eto'o belakangan justru ikut jadi sumber persoalan. Ia ikut memperkeruh konflik pemain dengan otoritas sepak bola negaranya.

"Ya, konflik internal memang jadi persoalan mendasar tim-tim Afrika. Soalnya, kami tak punya sosok pemimpin yang kokoh. Kami sebagai pemain kurang dihargai," kata Eto'o kepada Konfederasi Sepak Bola Afrika.

Eto'o sendiri awalnya masuk daftar hitam karena ikut memboikot timnas terkait bonus dan bayaran. Di sini, Weah juga mengakui pentingnya pengakuan.

Weah merupakan satu-satunya pemain Afrika yang menyabet predkat pemain terbaik Afrika, Eropa, dan bahkan dunia. Talentanya luar biasa. Dan ia bisa mencapai tahapan itu berkat dukungan asosiasi Liberia.

"Bos-bos sepak bola di Afrika dan Eropa sangat berbeda. Di Eropa banyak mantan pemain jadi pengurus. Di Afrika nyaris tidak ada, sehingga pengurus dan pemain sangat berjarak.

Karena itu, Pelatih Aljazair Vahid Halilhodzic mengusulkan solusi jalan tengah. Pengurus asosiasi sepak bola harus diisi oleh bekas pemain dan politisi. Keduanya harus disatukan.

Di lain pihak, politisi atau praktisi juga dibutuhkan oleh asosiasi terkait dengan ekonomi dan manajemen. Sementara mantan pemain pasti lebih mengerti bagaimana berkomunikasi dengan pemain.

"Banyak pemain Afrika merumput di Eropa untuk cari makan. Akibatnya, mereka sering melupakan timnas. Nah, di sini perlu jembatan pengurus yang benar-benar mengerti pemain," kata Vahid.

"Pemain harus memiliki dua hal standar, motivasi dan disiplin. Tak ada gunanya pemain hebat tapi tak respek pada pelatih, misalnya," timpal gelandang Pantai Gading, Yaya Toure yang bermain di Manchester City.



Baca di Koran Super Ball, Senin (30/6/2014)