Olimpiade 2021
Dua Petinju Turki Positif Corona, Komite Olimpiade Internasional (IOC) Dianggap Ceroboh
Komite Olimpiade Internasional (IOC) dianggap ceroboh pasca dua petinju asal Turki dinyatakan positif terjangkit virus corona.
TRIBUNNEWS.COM - Komite Olimpiade Internasional (IOC) dianggap ceroboh pasca dua petinju asal Turki dinyatakan positif terjangkit virus corona.
Dua petinju asal India yang positif corona tersebut tertular virus corona saat berlaga dalam kualifikasi tinu zona Eropa untuk merebut tiket ke Olimpiade Tokyo 2020.
Salah satu nama petinju asal India yang dinyatakan positif corona diantaranya adalah Serhat Guler
Lokasi pertandingan ajang kualifikasi tinju tersebut berada di London, Inggris pada bulan ini.
Kejadian tersebut membuat Eyup Gozgec selaku ketua federasi tinju Turki geram atas kecorobohan IOC.
"Ketika dunia mengambil langkah-langah nyata untuk menghadapi virus itu, saya bingung ketika IOC dan pemerintah Inggris justru mengizinkan turnamen itu dihelat," ujar Eyup Gozgec kepada Guardian, dilansir Reuters.
"Padahal dari kita memiliki kekhawatiran dan hampir semua olahraga lain harus ditangguhkan karena hal ini," tambahnya.
Baca: Seorang Tim Jepang Pembawa Api Obor Olimpiade dari Yunani Terinfeksi Virus Covid-19
Baca: Delapan Pernyataan Kemenpora RI Atas Penundaan Olimpiade 2020 Tokyo
Arena Copper Box London menjadi venue pertandingan kualifikasi Olimpiade tersebut dimana ada petinju dari 40 negara yang berpartisipasi dalam agenda itu.
Gozgec pun mengakui cukup menyayangkan adanya atletnya yang terkena virus corona.
Pria yang juga menjabat sebagai kepala federasi tinju Eropa tersebut juga mengatakan pelatih dari kedua petinju tersebut akhirnya juga tertular.
"Sayangnya, dua atlet kami dan pelatih Turki kami dinyatakan positif corona setelah kembali ke Turki dari London," geramnya.
"Mereka semua kini tengah dalam perawatan dan untungnya mereka dalam kondisi baik," lanjut Gozgec.
"Ini merupakan kejadian yang dihasilkan oleh kecerobohan IOC," tegasnya.
Apalagi Gozgec menilai virus berbahaya yang saat ini menjadi pandemik tersebut sudah ada sejak Desember 2019.
"Virus ini sudah ada sejak Desember 2019, oleh karena itu tidak dapat dihindari lalu mengapa kualifikasi Eropa tidak ditunda sebelum kejadian ini terjadi?," tanyanya.