Senin, 6 Oktober 2025

Taklukkan 1215 Km dengan Sepeda Lipat, 2 Pesepeda Indonesia Catat Rekor Baru di Paris-Brest-Paris

Dua pesepeda Indonesia berhasil mencatat rekor baru di ajang Paris-Brest-Paris dari acara yang diselenggarakan Audax Club Pacient pada Agustus 2019.

Humas Brimpton Monas Cyclists, Erwin Handoko
Hendriyanto Wijaya (kiri) dan Sandi Adila (kanan) 

Taklukkan 1215 Km dengan Sepeda Lipat, 2 Pesepeda Indonesia Catat Rekor Baru di Paris-Brest-Paris

TRIBUNNEWS.COM - Dua pesepeda asal Indonesia berhasil mencatat rekor baru di ajang Paris-Brest-Paris dari acara yang diselenggarakan klub sepeda paris, Audax Club Pacient pada Agustus 2019.

Pesepeda tersebut yakni, Sandi Adila dan Hendriyanto Wijaya dari klub Brampton Monas Cyclists.

Sandi Adila dan Hendriyanto Wijaya menyelesaikan Paris-Brest-Paris dengan catatan waktu 82 jam 53 menit.

Baca: Pesepeda Amatir Indonesia Bukukan Rekor Baru di Ajang Paris-Brest-Paris

Sandi Adila dan Hendriyanto Wijaya menyelesaikan Paris - Brest - Paris dengan waktu tercepat.
Sandi Adila dan Hendriyanto Wijaya menyelesaikan Paris - Brest - Paris dengan waktu tercepat. ((dokumen pribadi). Humas Brampton Monas Cyclists, Erwin Handoko.)

Raihan waktu tersebut memecahkan rekor yang sebelumnya pernah ditorehkan peserta Indonesia, Edward Djauhari tahun 2015 dengan waktu 84 jam 30 menit.

Selain dua nama diatas, Vidi Widyastomo juga berhasil menyelesaikan event empat tahunan ini dari total 13 peserta asal Indonesia.

Audax Club Pacient sendiri merupakan klub sepeda legendaris dan tertua di dunia.

Acara Paris-Brest-Paris diikuti lebih dari 6000 peserta dari seluruh dunia.

Setiap pesepeda harus menyelesaikan kegiatan sejauh 1215 km dari rute yang telah ditentukan panitia dan hanya memiliki waktu 90 jam.

Dalam rute yang telah ditentukan, terdapat titik check point yang harus dilalui pesepeda. Masing-masingnya memiliki batas waktu maksimal.

Menariknya, acara Paris-Brest-Paris bersifat mandiri, yang artinya tidak ada pengawalan khusus dari panitia.

"Tidak ada pengawalan khusus, tidak disediakan evacuation mobile, tidak disediakan komunikasi, dan water stasion," ucap Humas Brampton Monas Cyclists, Erwin Handoko kepada Tribunnews.

"Peserta benar-benar dilepas ikutin peta dan cap di setiap cek poin."

"Setiap cek poin ada COT (Cut of Time) nya, yang penting tidak lewat batas waktu," lanjut Erwin.

Peserta Paris - Brest - Paris sedang istirahat.
Peserta Paris - Brest - Paris sedang istirahat. ((dokumen pribadi). Humas Brampton Monas Cyclists, Erwin Handoko.)

Secara detail Erwin menceritakan bagaimana Sandi dan Toto, sapaan akrab Hendriyanto dapat mencapai hasil dalam Paris-Brest-Paris.

Pada hari pertama, Sandi dan Toto gowes 24 jam full dan hanya istirahat 15 menit.

Pada hari kedua, pria yang bekerja sebagai Lawyer dan Dokter Gigi itu tidur selama 3 jam dan berlaku dengan waktu yang sama pada hari berikutnya.

Tidak hanya kebebasan dalam kegiatan, pesepeda pun dibebaskan menggunakan jenis sepeda apa saja dalam acara ini.

Kebanyakan pesepeda menggunakan sepeda jenis road bike, sepeda touring ataupun sepeda balap yang memiliki ring 700, ban 700 dengan diameter besar.

Sedangkan Sandi Adila dan Hendriyanto Wijaya menggunakan sepeda lipat dengan memakai ban 16 3/8 inch yang artinya bekerja lebih keras dari mereka yang menggunakan ban diameter besar.

"Dimana perlu effort besar, karena diameter ban lebih kecil, jadi kurang lebih kayuhan sepeda besar 1x, di sepeda lipat 16" harus kayuh 2-3 kali," tutur Erwin menjelaskan.

Capaian positif Sandi Adila dan Hendriyanto Wijaya di level Internasional dapat menjadi cermainan baik bagaimana kita memanajemen serta menggunakan waktu seefektif mungkin.

"Capaian positif ini perlu kita ledakkan. Buat sebarkan semangat untuk Indonesia," kata Erwin.

Catatan waktu Sandi Adila di Paris - Brest - Paris 2019
Catatan waktu Sandi Adila di Paris - Brest - Paris 2019 ()

Keramahan Masyarakat Paris

Di sisi lain, keramahan masyarakat paris begitu antusias menyambut acara Paris-Brest-Paris ini.

Tak sedikit dari mereka yang berada dalam jalur kegiatan menyediakan susu hangat, teh, kopi, dan biskuit secara gratis.

"Orang Perancis sangat welcome dengan event ini. Banyak orang Perancis di depan rumah mereka membuka meja dengan menyediakan susu hangat, kopi atau biskuit," tutup Erwin.

Sandi Adila dan Hendriyanto Wijaya singgah di rumah warga Perancis (dokumen pribadi). Humas Brampton Monas Clclists, Erwin Handoko.
Sandi Adila dan Hendriyanto Wijaya singgah di rumah warga Perancis (dokumen pribadi). Humas Brampton Monas Cyclists, Erwin Handoko.

(Tribunnews.com/Sina)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved