Peneliti Asal Latvia Bela Maria Sharapova
Namun pendapat berbeda dilontarkan seorang peneliti asal Latvia, Ivars Kalvins.
TRIBUNNEWS.COM - Beberapa pihak sudah langsung menghakimi bahwa Maria Sharapova bersalah lantaran mengonsumsi meldonium yang dikategorikan sebagai obat doping sejak Januari 2016. Namun pendapat berbeda dilontarkan seorang peneliti asal Latvia, Ivars Kalvins.
Sharapova pernah menjelaskan bahwa dirinya sudah 10 tahun mengonsumsi meldonium karena punya riwayat penyakit jantung. Kalvins pun mengatakan tak ada bukti bahwa meldonium meningkatkan performa atlet. Menurutnya obat tersebut bisa diibaratkan seperti asuransi, karena hanya memastikan jantung mendapat oksigen yang cukup.
“Saya akan menunjukkan bahwa World Anti-Doping Agency (WADA) salah. Saya akan melindunginya dari serangan ini yang berasal dari WADA. Ini (meldonium) seperti asuransi. Seorang atlet harus berlatih agar sangat mendekati batas kemampuan fisiknya. Jika mereka melewati batas ini, tak ada jalan kembali. Jantungnya rusak, ototnya rusak,” ujar Kalvins seperti dilansir Forbes.
Hal senada juga diungkapkan Don Catlin, seorang ahli antidoping yang juga menjabat sebagai Direktur Ilmiah Banned Substances Control Group. Menurutnya tak ada bukti sama sekali bahwa meldonium meningkatkan performa seorang atlet.
“Benar-benar tak ada bukti bahwa ada peningkatan performa karena mengonsumsi meldonium. Tidak ada sama sekali,” tuturnya seperti dilansir kens5.com.