Petarung Bandung Raih Sabuk Bergilir MPI
Petarung asal Bandung Fighting Club Yudi akhirnya meraih sabuk bergilir Muay Thai Profesional Indonesia (MPI)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Petarung asal Bandung Fighting Club, Yudi akhirnya meraih sabuk bergilir Muay Thai Profesional Indonesia (MPI) di nomor Four Men Tournament ajang Naksoo Muay Thai Fight di Pertamina Sports Hall, Simprug, Jakarta Selatan, Sabtu (6/12).
Yudi menundukkan petarung Zealot Muay Thai, Pierre Ombu di kelas Bulu Super 58kg.
"Saya tidak menyangka bisa menang, karena lawan cukup memberikan perlawanan. Tetapi menjelang ronde terakhir, saya bisa menguasai keadaan," kata Yudi usai bertanding.
Dia mengakui kalau kondisi fisiknya terkuras dan sempat hilang konsentrasi. Namun berkat kesabaran dan tetap memberikan perlawanan, Yudi bisa menang.
"Kedepannya, saya mau perbaiki kekurangan dari pertandingan tadi, untuk mempertahankan gelar," kata Yudi.
Sedangkan pelatih Pierre, Jerry Luhukay mengaku asuhannya kalah dari sisi pengalaman tanding. Menurut Jerry, Yudi sudah bertanding lebih banyak ketimbang Pierre. Lebih jauh pemilik gym Zealot ini mengatakan, performa Pierre cukup bagus tinggal menutup kelemahan yang ada.
"Yah, masih ada kesempatan lainnya. pertandingan tadi bisa untuk menambah pengalaman tandingnya," imbuh Jerry.
Sementara itu Ketua Muay Thai Profesional Indonesia Francois Mohede menyatakan puas terhadap antusiasme masyarakat terhadap perkembangan olahraga bela diri Muay Thai di Indonesia.
Hal tersebut terbukti dari animo penonton di ajang Naksoo Muay Thai Fight Night ini.
"Saya sangat puas melihat antusiasme dari sejumalah gym yang turut mengirimkan atletnya ke sini," kata pria yang akrab disapa Frans ini.
Frans berkeinginan menggelar turnamen seperti ini setiap bulannya, kalau itu memungkinkan. Dengan digelarnya turnamen seperti itu, dirinya semakin optimistis Muay Thai jadi semakin dikenal.
Hal senada diungkapkan Dennis selaku promotor acara ini. Dirinya melihat, Muay Thai di Indonesia menggunakan gaya Thailand yang mengedepankan pertarungan dan kompetisi.
"Saya sangat puas dengan turnamen hari ini. Jelas ada perbedaan yang sangat terlihat dari turnamen yang kami gelar di jakarta. Di Australia, turnamen digelar sangat "Amerika" sekali, sementara di indonesia justru sangat "Thai"," ujar Dennis.
Dia mengatakan, pola Amerika seperti yang di Australia itu sangat komersial dan sangat bergantung pada sponsor. Sedangkan di indonesia hampir sama seperti di Thailand, kompetitif serta berorientasi pada rasa bangga mewakili gym masing-masing.
Lebih jauh Dennis berniat terus menggelar ajang ini di indonesia.