Minggu, 5 Oktober 2025

Olimpiade 2012

Kembalinya Supremasi Amerika Serikat di Olimpiade

Kemarin, tim Paman Sam telah mengeruk 41 medali emas, 26 perak dan 27 perunggu, atau total 94 medali

zoom-inlihat foto Kembalinya Supremasi Amerika Serikat di Olimpiade
net
Michael Phelps, Conor Dwyer, Ryan Lochte, dan Ricky Berens

TRIBUNNEWS.COM – Sempat tertinggal dalam perolehan medali dari China pada awal dan pertengahan Olimpiade 2012, Amerika Serikat (AS) justru menyalip di hari-hari akhir jelang penutupan.

Kemarin, tim Paman Sam telah mengeruk 41 medali emas, 26 perak dan 27 perunggu, atau total 94 medali untuk bertengger kokoh di perolehan medali sementara. Ada pun Cina, terpaksa lengser dengan perolehan 37 medali emas, 25 perak, dan 19 perunggu atau total 81 medali.

Cabang atletik menjadi tambang medali AS. Sampai kemarin mereka telah menyabet delapan medali emas, sedang Cina hanya bisa mencuri satu medali emas. Empat medali emas terakhir yang disabet tim Paman Sam pada Jumat (9/8/2012) malam berasal dari Ashton Eaton dari cabang decathlon, Christian Taylor dari lompat jangkit, dan kuarter sprinter putri dari nomor 4x100-meter. Dari luar arena atletik, pegulat Jordan Burroughs pun menyumbang keping emas dari nomor gaya bebas putra 74 kilogram.

Sukses AS mendominasi atletik tak lepas dari proyek "30 medali" yang dicanangkan tim Atletik USA. Sejauh ini mereka sudah meraup 26 medali dari nomor bergengsi ini dengan perincian delapan emas, 11 perak, dan tujuh perunggu. Dengan masih banyaknya tersisa cabang atletik yang dipertandingkan, diperkirakan proyek 30 medali bakal terlampaui.

"Banyak orang menyebut proyek 30 medali ini gila," kata Steve Roush, mantan kepala Olimpiade AS yang sekarang menjadi komandan proyek ambisius tersebut. "Buktinya sekarang kita sudah hampir menuju ke sana. Dan saya sangat yakin kita bisa menembus 30 medali itu, " katanya.

Tim Komite Olimpiade AS sendiri enggan berbicara tentang supremasi negara di ajang olimpiade ini. "Kita beruntung sukses di nomor perseorangan maupun beregu," kata juru bicara, Patrick Sandusky. "Olimpiade adalah kompetisi antaratlet, dan bukan antarnegara. Dalam konteks itu, kita sangat bangga pada para atlet AS yang berjuang di London."

Di Olimpiade Beijing empat tahun lalu, tuan rumah Cina tampil luar biasa dengan menyabet 51 medali emas, dan jadi juara umum. AS yang selama ini malang melintang sebagai penguasa Olimpiade, harus duduk di peringkat kedua dengan 36 keping emas. Kendati demikian, secara keseluruhan tim Paman Sam tetap berjaya dengan meraup 11- medali, sedang tuan rumah Cina 100 medali.

Banyak pengamat olahraga memperkirakan, Cina bakal kembali mendominasi. Terutama setelah di awal, dan pertengahan Olimpiade, para atlet dari negeri Tirai Bambu ini begitu fenomenal. Mereka mendominasi di olahraga tradisional mereka seperti bulutangkis, tenis meja, dan lompat indah. Namun, jelang penutupan, Cina kedodoran, terutama mereka tak bisa bersaing di cabang atletik.

"Kelemahan Cina ada di nomor renang,dan atletik," kata Roush menganalisis. "Padahal di dua cabang itu banyak sekali emas yang diperebutkan." Di cabang renang, AS pun berjaya dengan meraup 16 medali emas, sedang Cina hanya kebagian lima medali emas.

Kendati sepertinya hanya bakal berada di posisi kedua, ini adalah pencapaian terbaik Cina di luar Olimpiade Beijing. Di Olimpiade Athena 2004 lalu misalnya, mereka hanya bisa mengoleksi 32 keping emas. Toh, aroma kekecewaan karena gagal menjadi juara sepertinya bakal tetap sangat terasa.

Sejumlah surat kabar di Cina mulai ramai menyuarakan tentang penilaian juri yang tak adil. Koran resmi Partai Komunis, Guangming Daily Newspaper misalnya merujuk pada penjurian di cabang senam akrobatik gelang-gelang ketika atlet andalan Cina, Chen Yibing hanya meraih perak di bawah sang juara, Arthur Zanetti dari Brasil. "Kita perlu protes keras," tulis koran tersebut,

Selain dominasi kedua negara, tuan rumah Inggris Raya pun tampil mengejutkan. Mereka sukses menempati peringkat ketiga dengan meraih 25 emas, dan 57 medali secara keseluruhan. Mereka banyak mengeduk medali dari cabang dayung, dan balap sepeda lintasan.

Melonjaknya peringkat Inggris Raya membuat Rusia yang selama ini selalu jadi langganan di peringkat ketiga, lengser ke peringkat empat. TIm dari negeri Beruang Merah ini hanya mengoleksi 15 medali emas, bandingkan dengan 23 medali emas yang meraka raih saat di Beijing lalu. Mereka kebanyakan meraih medali perak, dan perunggu dengan total perolehan medali mencapai 62. Namun, bagaimana pun hasil itu jauh dari memuaskan terutama karena mereka akan menjadi tuan rumah Olimpiade musim dingin 2014 di Sochi.

Tetapi kejutan terbesar di Olimpiade 2012 ini ditunjukkan Korea Selatan. Negara dengan 50 juta penduduk ini meroket ke peringkat empat dengan 13 medali emas. Dan membuat mereka jadi kekuatan terbesar kedua setelah Cina. Jepang, yang selama ini membuntuti Cina, kini turun peringkat dengan hanya mampu meraih lima medali emas.

Sedang kekecewaan terbesar dialami Australia, dan Jerman. Australia yang menargetkan masuk lima besar, terlontar ke peringkat sembilan dengan hanya mengoleksi tujuh emas. Sedang Jerman yang menargetkan 28 emas, dan 86 total medali, ternyata hanya bisa meraup sepuluh emas, dan total 42 medali. (Tribunnews/den)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved