Jumat, 3 Oktober 2025

Film Antologi Karya 4 Sutradara Perempuan Sentuh Isu Personal dan Tabu Curi Perhatian di JWC 2025

Keberanian film ini terletak pada kemampuannya meramu kisah-kisah yang sangat pribadi dengan kritik sosial yang tajam.

Editor: Willem Jonata
IST
SUTRADARA PEREMPUAN - Empat sutradara perempuan muda Indonesia, yakni Erlina Rakhmawati, Linda Andriyani, Praditha Blifa, dan Sarah Adilah, menyuguhkan film omnibus yang mengetengahkan film antologi yang menyentuh isu-isu yang sangat personal dan tabu dengan narasi jujur dan berani. 

TRIBUNNEWS.COM – Panggung Jakarta World Cinema (JWC) 2025 menjadi saksi kebangkitan suara perempuan di industri film Indonesia. 

Pada hari keenam festival, sebuah film antologi yang digarap oleh empat sutradara perempuan muda, yakni Erlina Rakhmawati, Linda Andriyani, Praditha Blifa, dan Sarah Adilah, mencuri perhatian penonton dengan narasi yang jujur dan berani.

Bukan sekadar tontonan, film omnibus ini adalah manifesto sinematik yang menyentuh isu-isu yang paling personal, bahkan tabu, dalam kehidupan perempuan.

Mulai dari balas dendam pascapengkhianatan, perjuangan sepasang suami istri yang menemukan bayi terbuang di toilet, dilema seorang gadis menghadapi menstruasi pertama di tengah perlombaan penting, hingga kisah imajinatif tentang dunia dengan peran gender terbalik.

Baca juga: Davina Karamoy Lebih Tertarik Bintangi Film Horor Ketimbang Drama

Keberanian film ini terletak pada kemampuannya meramu kisah-kisah yang sangat pribadi dengan kritik sosial yang tajam.

Dalam salah satu segmen yang paling provokatif, penonton dibawa ke dalam kisah Kempes, seorang pria yang terbangun di realitas di mana hierarki gender benar-benar bertukar.

Segmen imajinatif ini memaksa penonton untuk mempertanyakan: seperti apa rasanya berada di posisi yang selalu dihakimi dan dikendalikan.

Sementara itu, kisah Nisa, yang harus menghadapi konsekuensi sosial dan personal dari menstruasi pertama tepat sebelum lomba renang, menyoroti bagaimana tubuh perempuan sering kali membawa beban sosial yang tak terucapkan.

"Empat cerita ini bukan hanya tentang perempuan, tapi juga tentang bagaimana masyarakat melihat dan memperlakukan perempuan dalam berbagai situasi. Kami berharap film ini dapat membuka ruang diskusi yang lebih luas," kata Sarah Adilah.

Kekuatan narasi ini semakin didukung oleh penampilan solid dari jajaran pemeran, termasuk Hannah Al Rashid yang dikenal total, Afiqa Kirana, hingga aktor seperti Rendra Bagus Pamungkas. 

Kolaborasi akting kuat dengan visi empat sutradara ini menghasilkan pengalaman sinematik yang hangat, tajam, dan sangat relevan dengan dinamika sosial hari ini.

Penayangan film ini di JWC 2025 bukan hanya menjadi perayaan karya, tetapi juga penanda bahwa suara perempuan dalam film Indonesia kini semakin lantang dan mendobrak.

Melalui empat kisah yang beragam ini, penonton diajak merenungkan kembali pengalaman perempuan yang sering luput dari sorotan layar lebar.

Diskusi pasca-penayangan yang meriah menunjukkan bahwa film ini telah berhasil mencapai tujuannya: memicu refleksi dan percakapan penting.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved