Benjolan di Leher Jangan Dianggap Sepele, Bisa Jadi Tumor Tiroid Jinak atau Ganas

Teknik ini menggunakan jarum yang memancarkan gelombang radio untuk menghancurkan jaringan nodul dari dalam. 

Metode ini sangat membantu pasien yang ingin menghindari operasi dan menjaga fungsi tiroid tetap optimal.

“Jadi tindakan ini cukup sederhana karena kita memasukkan jarumnya ke dalam nodul lalu dia akan dilaser dari dalam. Jadi nggak ada sayatan sama sekali. Dia cuma pakai jarum langsung. Memang anda di anestesi lokal,” terang dr. Dicky.

Risiko Efek Samping Sangat Rendah

Salah satu alasan pasien memilih RFA adalah karena prosedur ini tidak menimbulkan luka besar dan bisa dilakukan tanpa bius total. 

Pasien tetap sadar dan bisa berkomunikasi dengan dokter selama prosedur. 

Efek samping dari RFA pun sangat minim, bahkan risiko kerusakan pita suara yang sering dikhawatirkan pada operasi konvensional pun menjadi sangat kecil.

“Resikonya jauh lebih rendah dibandingkan pasien yang harus menjalani operasi yang khawatir kan misalkan gangguan suara, dengan RFA jauh lebih kecil. Tentu ada persiapannya ada rutin, tindakannya pun sederhana sebenarnya. Responnya kecil sekali,” lanjut dr. Dicky.

Prosedur RFA dan penanganan lainnya kini semakin aman berkat bantuan teknologi ultrasonografi (USG). 

Dengan USG, dokter dapat memantau secara akurat posisi jarum, lokasi pembuluh darah, hingga saraf di sekitar tiroid, sehingga meminimalkan risiko cedera.

Jika pada masa lalu operasi dilakukan tanpa panduan visual yang memadai, kini tindakan medis terhadap tiroid semakin presisi dan minim risiko. 

Ini memberi harapan lebih besar bagi pasien dengan gangguan tiroid, termasuk yang mengalami kanker, tanpa harus takut terhadap proses pengobatan.

Masyarakat pun diimbau untuk tidak menyepelekan benjolan di leher dan segera memeriksakannya ke fasilitas kesehatan. 

Dengan deteksi dini dan terapi yang tepat, gangguan tiroid bisa ditangani dengan baik dan kualitas hidup pasien tetap terjaga.