Senin, 29 September 2025

Indro: Personil Warkop DKI Pernah Diancam Dibunuh hingga Surat Kaleng Cap Tangan Darah

Warkop DKI Sering sekali mendapatkan ancaman dari pihak manapun, yang tak suka dengan karyanya yang selalu mengirimkan kritik

Editor: Eko Sutriyanto
Tangkapan layar YouTube Rasis Infotainment
TEROR WARKOP DKI - Komedian Indro Warkop. Indro mengakui menghibur sambil memberikan kritik di zaman Pemerintahan Orde Baru tidak mudah, bahkan mereka sering sekali dipantau oleh petinggi negara 

Laporan Wartawan Wartakotalive, Arie Puji Waluyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indro menceritakan tentang perjuangan dirinya berkarier bersama mendiang Dono dan Kasino dalam grup Warkop DKI, di zaman orde baru.

Indro mengakui menghibur sambil memberikan kritik di zaman Pemerintahan Orde Baru tidak mudah, bahkan mereka sering sekali dipantau oleh petinggi Negara.

Hal tersebut dikarenakan Indro bersama mendiang Dono dan Kasino, dianggap sering mengkritisi Pemerintahan Warkop DKI Sering sekali mendapatkan ancaman dari pihak manapun, yang tak suka dengan karyanya yang selalu mengirimkan kritik secara keras.

"Wah dulu tuh keras lah zaman itu (orde baru). Tapi kami harus tetap berkarya," kata Indro Warkop ketika ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (21/6/2025).

Baca juga: Komentari Trailer Baru Film Warkop DKI Kartun, Indro: Makin Enggak Ada Obat

"Ya kalau ancaman dibunuh, surat kaleng, surat cap tangan berdarah pernah kita dapatkan," ucap pria berusia 67 tahun tersebut.

Bahkan, diakui Indrodjojo Kusumonegoro, ia bersama dengan Dono dan Kasino pernah menerima tawaran dari sebuah kelompok besar di Indonesia, untuk keliling Indonesia buat kampanye tahun 1982.

Honor yang diterima Dono, Kasino, Indro itu mencapai Rp 1 miliar.

"Tawaran itu untuk satu bulan keliling Indonesia buat kampanye tawarannya Rp 1 miliar tahun 1982. Itu menurut kami teror terbesar buat kami, kenapa? Rp 1 miliar loh di tahun 1982," jelasnya.

Indro menyebut kalau Warkop DKI menolak tawaran tersebut karena dianggap sebagai teror dan tak masuk akal.

"Kami mikir dapat Rp 1 miliar dibagi 3 dapat Rp 325 juta lah. Bayangin, sementara rumah termahal di Jakarta di Permata Hijau Rp 200 juta. Wah segede apaan tuh rumah Rp 200 juta, kita punya Rp 300 juta, gak gila tuh kami?" ujar Indro Warkop. (Ari).
 

--

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan