Senin, 29 September 2025

Pengalaman Abimana Aryasatya Sewaktu Jadi Kru Film, Dibully Dipanggil 'Babi' di Lokasi Syuting

Sebelum menjadi aktor terkenal, Abimana Aryasatya bekerja sebagai kru yang bekerja untuk rumah produksi film dan sinetron.

Instagram/abimana_arya
Abimana Aryasatya, pemeran Gundala Putra Petir dalam film Gundala 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktor Abimana Aryasatya membagikan pengalaman pahitnya di balik layar industri perfilman Indonesia. 

Sebelum terjun sebagai aktor, ia terlebih dahulu bekerja sebagai kru di rumah produksi. 

Di masa itu, ia mengalami berbagai perlakuan kurang menyenangkan yang menggambarkan realitas keras dunia film.

Abimana mengungkap bahwa dalam lingkungan syuting, jabatan dalam struktur produksi sangat berpengaruh terhadap cara seseorang diperlakukan. 

Baca juga: Kisah Haru Abimana Aryasatya di Umur 38 Tahun Baru Bertemu Ayah Kandung

Ia menyebut banyak kru yang memperlakukan bawahan dengan kasar, bahkan memanggil mereka dengan sebutan tidak pantas, termasuk nama-nama binatang.

"Kalau masih pekerja biasa, kita belum dianggap manusia, belum dipanggil pakai nama sendiri," ujar Abimana, dikutip dari YouTube Kaks Production, Senin (20/1/2025).

"Baru kalau sudah jadi chief division atau senior, nama kita disebut. Kalau masih pekerja biasa, kita masih dianggap binatang," lanjutnya.

Pemeran utama film Serigala Terakhir itu juga mengaku pernah merasa sakit hati akibat perlakuan kasar para kru.

"Iya, pasti ada sakit hatinya. Di depan ratusan orang saat syuting, tiba-tiba dipanggil 'eh babi'. Hal seperti itu bikin saya benar-benar merasa down," ungkapnya.

Abimana menegaskan bahwa ia tidak menyukai budaya bullying semacam itu. 

Namun, ia menyadari bahwa kondisi di industri film kini sudah mulai berubah. 

Menurutnya, generasi muda saat ini lebih sensitif dan tidak tahan dengan perlakuan kasar seperti itu, berbeda dengan anak-anak 90-an yang lebih terbiasa menghadapi situasi keras.

"Saya nggak suka sama yang suka bullying karena perasaan orang itu sekarang udah beda banget, apalagi anak-anak zaman sekarang, mereka lebih sensitif," ujarnya.

"Anak 90-an mungkin masih bisa nahan hal-hal seperti itu ya," tambahnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan