Rabu, 1 Oktober 2025

Nano Riantiarno Meninggal Dunia

Profil Nano Riantiarno Pendiri Teater Koma Tutup Usia, Ini Rekam Jejak dan dan Karya-karyanya

Aktor, penulis sekaligus sutradara ini mengembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit setelah lama sakit. Berikut rekam jejaknya

Editor: bunga pradipta p
TRIBUN/DANY PERMANA
Pendiri sekaligus pimpinan Teater Koma Nano Riantiarno menceritakan tentang sejarah penullisan naskah Teater J.J Sampah-sampah Kota dalam konferensi pers jelang pementasan teater tersebut di Sanggar Teater Koma, Bintaro, Jakarta, Selasa (29/10/2019). Pementasan Teater Koma yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation tersebut akan disutradarai oleh putra Nano, Rangga Riantiarno. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

Tahun 1964 Nano melanjutkan pendidikan di SMP Negeri II Cirebon.

Pada 1967 ia melanjutkan di SMA Negeri I & II Cirebon.

Tahun 1968 – 1970 Nano diterima di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) Jakarta.

Setahun setelah itu, 1971, ia tercatat masuk menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Filsafat, Driyarkara, Jakarta.

Baca juga: Main Teater Musikal, Fatih Unru Akui Kesulitan Menari Balet

Pengalaman Berteater

Nano ternyata telah berteater sejak 1965 yakni sejak SMP di Cirebon.

Perjalanan awal dimulai saat ia masuk menjadi anggota Tunas Tanah Air (TTA) sebuah kelompok kesenian di Cirebon.

Adapun kegiatannya adalah membaca puisi di studi RRI di Cirebon dan memainkan drama.

Dua drama yang ia maikan yakni Aria Pangemban/Eddy Tarmidi, 1965 dan Caligula/Albert Camus, 1966

Pengalaman berteaternya tertambah tatkala ia melanjutkan sekolah di ATNI Jakarta.

Ia lalu bergabung dengan Teguh Karya dan ikut mendirikan Teater Populer pada tahun 1968.

Lantas, 1 Maret 1977 Nano kemudian mendirikan Teater Koma.

Hingga tahun 2006 ia telah menggelar sekitar 111 produksi panggung dan televisi.

Ia menulis sebagian besar karya panggung, antara lain; Rumah Kertas, J.J Atawa Jian Juhro,Maaf.Maaf.Maaf, Kontes 1980, Trilogi OPERA KECOA (Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini), Konglomerat Burisrawa, Pialang Segitiga Emas dan Suksesi.

Juga Opera Primadona, Sampek Engtay, Banci Gugat, Opera Ular Putih, RSJ atau Rumah Sakit Jiwa, Cinta Yang Serakah, Semar Gugat, Opera Sembelit, Presiden Burung-Burung, Republik Bagong, Tanda Cinta dan lain sebagainya.

Baca juga: Fakta Menarik Ji Chang Wook: Mantan Pemain Teater Musikal dan Bisa Berbahasa Mandarin

Sutradara Nano Riantiarno (kiri) memimpin para pemain dari Teater Koma berlatih jelang pementasan 'Goro-goro: Mahabarata 2' di Kampus Universitas Tarumanegara, Cilandak, Jakarta, Rabu (17/7/2019). Pertunjukan persembahan Teater Koma dan Djarum Bakti Budaya tersebut akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki dari tanggal 25 Juli hingga 4 Agustus 2019 mendatang. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Sutradara Nano Riantiarno (kiri) memimpin para pemain dari Teater Koma berlatih jelang pementasan 'Goro-goro: Mahabarata 2' di Kampus Universitas Tarumanegara, Cilandak, Jakarta, Rabu (17/7/2019). Pertunjukan persembahan Teater Koma dan Djarum Bakti Budaya tersebut akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki dari tanggal 25 Juli hingga 4 Agustus 2019 mendatang. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA (TRIBUN/DANY PERMANA)
Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved