Sinopsis Film
Sinopsis Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali, Kisah Persahabatan Abad ke-20, Tayang di Netflix
Simak sinopsis Blood Brothers Malcolm X & Muhammad Ali, tayang di Netflix besok, Kamis 9 September 2021.
TRIBUNNEWS.COM - Simak sinopsis film Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali.
Film dokumenter berjudul Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali akan tayang di Netflix mulai besok, Kamis 9 September 2021.
Film Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali merupakan garapan dari sutradara
Marcus A. Clarke.
Selain menjadi sutradara, Marcus A. Clarke juga ikut berperan dalam film ini.
Sementara itu, naskah film ditulis oleh Randy Roberts dan Johnny Smith.
Film dokumenter ini dibintangi oleh Marcus Clarke, Kenya Barris, Jason Perez, Jonathan Chinn, dan Simon Chinn.
Baca juga: Sinopsis Film The Prince, Tayang Malam Ini di Bioskop TransTV Pukul 19.30 WIB
Baca juga: Sinopsis Film Black Sea, Aksi Jude Law dalam Perburuan Harta Karun di Laut Hitam
Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali bercerita tentang persahabatan antara dua tokoh yakni Malcolm X dan Muhammad Ali.
Muhammad Ali adalah seorang petinju legendaris dan Malcolm X adalah seorang tokoh Muslim Afrika-Amerika dan aktivis hak asasi manusia.
Malcolm X seorang yang berani memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam.
Sinopsis Film Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali
Dikutip dari IMDb.com, film ini menceritakan kisah luar biasa di balik persahabatan dua tokoh paling ikonik abad ke-20, yakni Muhammad Ali dan Malcolm X.
Hanya sedikit orang yang memahami ikatan yang dimiliki kedua orang ini.
Ali adalah juara Olimpiade yang karismatik dan blak-blakan yang mempesona bangsa, dan Malcolm adalah mantan intelektual revolusioner yang mencerca kejahatan penindasan kulit putih dengan berbicara kebenaran sebagai kekuatan.

Pesan yang mereka bawa masih sama kuat dan relevannya sampai dengan hari ini.
Ikatan mereka tidak diragukan lagi.
Persahabatan mereka nyata dan warisan mereka terikat erat.
Dari pertemuan kebetulan hingga kejatuhan yang tragis, ikatan luar biasa Malcolm X dan Muhammad Ali retak di bawah beban ketidakpercayaan dan pergeseran cita-cita.
Tokoh Dibalik Film Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali
Dikutip dati The Atlanta Journal Constitution, film Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali diadaptasi dari sebuah buku yang diterbitkan pada 2016 berjudul Blood Brothers.
Buku tersebut ditulis oleh profesor sejarah bernama Georgia Tech Johnny Smith dan mantan penasihat akademiknya profesor sejarah Universitas Purdue, Randy Roberts .
Keduanya adalah konsultan film dan membuat sang sutradara film yakni Johnny Smith senang dengan hasil akhirnya.
“Mampu berpartisipasi dan menceritakan kisah melalui media yang berbeda sangat menarik dan menyenangkan,” kata Smith dalam sebuah wawancara dengan The Atlanta Journal-Constitution.
Smith mengatakan bahwa dia dan Roberts menghabiskan waktu lama untuk berbicara tentang pembuatan buku yang berhubungan dengan Ali.
Kemudian memutuskan untuk fokus membahas hubungan erat antara Malcolm X dan Muhammad Ali, yang belum pernah dieksplorasi ke tingkat detail sebelumnya.
Ali adalah peraih medali emas untuk Tim USA di Olimpiade Roma 1960.
Kemudian, menjadi pembuat komik yang dikenal sebagai Louisville Lip.

Selain membuat puisi absurd yang mengesankan kepada para penulis tinju, dia juga tertarik pada ajaran Nation of Islam sebagai cara untuk memahami di mana dia berdiri sebagai orang kulit hitam di Amerika.
Diam-diam, Ali mulai bertemu dengan para pemimpin dan menjalin persahabatan dengan Malcolm X dari Nation of Islam.
Malcolm adalah orang yang tertarik dengan ketenaran dan potensi Ali untuk membawa lebih banyak pengikut ke gerakan tersebut.
Film dokumenter ini memberikan perspektif tambahan dari tokoh-tokoh seperti aktivis hak-hak sipil Al Sharpton, sejarawan dan profesor Universitas Harvard Cornel West dan profesor film dan studi media Universitas California Selatan Todd Boyd.
“Malcolm X dan Muhammad Ali adalah dua orang kulit hitam paling bebas di abad ke-20,” kata West dalam dokumen tersebut.
“Di sisi lain, ada salib yang harus dipikul. Ada biaya yang luar biasa untuk menjadi orang yang bebas dan penuh kasih,” lanjut West.
Todd Boyd mengatakan Malcolm dan Ali membawa perubahan untuk orang kulit hitam.
“Itu adalah momen transisi dan Ali benar-benar berada di garis depan transisi ini, seperti halnya Malcolm,” kata Boyd.
"Mereka mengubah cara dunia melihat orang kulit hitam," lanjutnya.
Dokumen tersebut menunjukkan Ali di tahun 1960-an menyatakan: "Saya bebas menjadi apa yang saya inginkan dan memikirkan apa yang ingin saya pikirkan."
Trailer Film Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali
(Tribunnews.com/Yurika)