Sinopsis Film
Sinopsis Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali, Kisah Persahabatan Abad ke-20, Tayang di Netflix
Simak sinopsis Blood Brothers Malcolm X & Muhammad Ali, tayang di Netflix besok, Kamis 9 September 2021.
Persahabatan mereka nyata dan warisan mereka terikat erat.
Dari pertemuan kebetulan hingga kejatuhan yang tragis, ikatan luar biasa Malcolm X dan Muhammad Ali retak di bawah beban ketidakpercayaan dan pergeseran cita-cita.
Tokoh Dibalik Film Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali
Dikutip dati The Atlanta Journal Constitution, film Blood Brothers: Malcolm X & Muhammad Ali diadaptasi dari sebuah buku yang diterbitkan pada 2016 berjudul Blood Brothers.
Buku tersebut ditulis oleh profesor sejarah bernama Georgia Tech Johnny Smith dan mantan penasihat akademiknya profesor sejarah Universitas Purdue, Randy Roberts .
Keduanya adalah konsultan film dan membuat sang sutradara film yakni Johnny Smith senang dengan hasil akhirnya.
“Mampu berpartisipasi dan menceritakan kisah melalui media yang berbeda sangat menarik dan menyenangkan,” kata Smith dalam sebuah wawancara dengan The Atlanta Journal-Constitution.
Smith mengatakan bahwa dia dan Roberts menghabiskan waktu lama untuk berbicara tentang pembuatan buku yang berhubungan dengan Ali.
Kemudian memutuskan untuk fokus membahas hubungan erat antara Malcolm X dan Muhammad Ali, yang belum pernah dieksplorasi ke tingkat detail sebelumnya.
Ali adalah peraih medali emas untuk Tim USA di Olimpiade Roma 1960.
Kemudian, menjadi pembuat komik yang dikenal sebagai Louisville Lip.

Selain membuat puisi absurd yang mengesankan kepada para penulis tinju, dia juga tertarik pada ajaran Nation of Islam sebagai cara untuk memahami di mana dia berdiri sebagai orang kulit hitam di Amerika.
Diam-diam, Ali mulai bertemu dengan para pemimpin dan menjalin persahabatan dengan Malcolm X dari Nation of Islam.
Malcolm adalah orang yang tertarik dengan ketenaran dan potensi Ali untuk membawa lebih banyak pengikut ke gerakan tersebut.
Film dokumenter ini memberikan perspektif tambahan dari tokoh-tokoh seperti aktivis hak-hak sipil Al Sharpton, sejarawan dan profesor Universitas Harvard Cornel West dan profesor film dan studi media Universitas California Selatan Todd Boyd.