Tessa Kaunang Tertipu, Beli Sepeda Brompton, Uang Rp 23 Juta Melayang, Barang Tak Diterima
Bintang sinetron Tessa Kaunang (43) menyanbangi Polres Metro Jakarta Selatan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (28/7/2020) petang. Ada apa?
"Ya saya kaget ya. Barang aja belum dikirim tapi saya sudah menrima," katanya.
Bagi Tessa Kaunang, uang sebesar Rp 23 juta sangat besar baginya sehingga ia ingin uangnya kembali agar bisa beli sepeda yang lain lagi.
"Karena nyari uang kan susah ya. Saya cari uang pun tidak dengan halusinasi atau gimana. Makanya, karena pengin uang saya balik, saya lapor ke polisi," ujar Tessa Kaunang.

Tentang Brompton, Sepeda Ngehits yang Harganya Selangit
Ditawarkan dengan harga selangit namun sepeda Brompton tetap diburu dan ngehits di kalangan goweser atau pesepeda.
Ddibanderol dengan harga yang terbilang fantastis. Mulai dari Rp 35 juta hingga ratusan juta rupiah, bagaimana kisah sepeda brompton ini bermula? Simak sejarahnya.
Brompton dirancang pertama kali pada 1975 oleh Andrew Ritchie, di South Kensington, London,
Inggris.
Bermula dari kesulitan Ritchie memasukkan sepeda konvensional ke apartemennya sehingga ia
ingin menciptakan sepeda yang ringkas dan bisa dilipat.
Nama Brompton dipilih karena apartemen Andrew menghadap ke Brompton Oratory di South
Kensington, London.
Pada 1981, sepeda lipat ini pertama kali diproduksi di Kota Brentford, Inggris dan terciptalah sepeda ukuran 28x60x60 cm atau 3,56 kaki kubik setelah dilipat.
Pada 1995, sepeda ini mendapatkan ‘Royal Recognition’ yang merupakan penghargaan dari Ratu Inggris.

Penghargaan ini melambungkan nama sepeda Brompton hingga 2006, saat itu laga pacu Brompton
World Championship diadakan pertama kali di Barcelona, Spanyol.
Brompton menemukan desain terbaiknya dan menjadi merk global pada 2011 lalu.
Brompton juga memproduksi sepeda lipat listrik. Bobot baterai (2,9kg) terpisah dengan sepeda listrik (13,7kg) sehingga
mudah dibawa, bahkan ditenteng sekalipun.
Kelebihan di Balik Harga Fantastis