Minggu, 5 Oktober 2025

Kabar Tokoh

Sujiwo Tejo Ungkap Alasan Mau Bintangi Kucumbu Tubuh Indahku, Film Kontroversi Raih 8 Piala Citra

Sujiwo Tejo beberkan alasan mengapa dirinya mau bermain dalam film 'Kucumbu Tubuh Indahku'.

YouTube KompasTV
Acara Rosi di Kompas TV (Tangkap Layar YouTube KompasTV). 

TRIBUNNEWS.COM - Sujiwo Tejo beberkan alasan mengapa dirinya mau bermain dalam film 'Kucumbu Tubuh Indahku'.

Dalam film tersebut, Sujiwo Tejo berperan sebagai guru tari lengger.

Diketahui, sebelum penayangannya, film 'Kucumbu Tubuh Indahku' ini sempat menuai penolakan dari banyak pihak karena dianggap film LGBT.

Meskipun menuai banyak penolakan dari berbagai pihak, namun film 'Kucumbu Tubuh Indahku' berhasil sabet delapan piala citra di ajang Festifal Film Indonesia (FFI) 2019.

Menurut Sujiwo Tejo, dirinya mau untuk bermain di film 'Kucumbu Tubuh Indahku' karena film tersebut tentang kaca mata dari seorang homoseksual, dan Sujiwo Tejo mendidik anak-anaknya untuk memberikan penghormatan kepada mereka.

Sujiwo Tejo mengaku selalu mendidik anaknya untuk saling menghormati.

Tidak boleh menghina agama lain, serta harus menghormati LGBT.

"Karena Sujiwo Tejo jarang marah ke anak kecuali karena dua hal, pertama kalau anakku sudah menghina agama lain, aku akan marah berat," kata Sujiwo Tejo.

"Kedua kalau dia sudah mulai menghina LGBT, kalau anakku menghina mereka jangan pernah nonton tv, jangan pernah nonton film, kenapa?Karena make up dan sebagainya biasanya dikerjakan oleh mereka, jangan pernah datang ke pesta nikah orang-orang karena mereka kerjanya detail," ungkap Sujiwo Tejo.

Sujiwo Tejo selalu mendidik anaknya untuk tidak menghina LGBT, karena menurutnya hasil pekerjaan dari LGBT itu detail dan bagus.

"Aku dulu waktu kuliah itu sering bikin janur mantenan, itu bikin janur susah, tapi kalau LGBT yang bikin detail banget, bisa bagus," paparnya.

"Kalau kalian (anak-anak Sujiwo Tejo) menolak itu, jangan pernah menikmati hasil dari mereka," terang Sujiwo Tejo.

Meskipun demikian, Sujiwo Tejo tidak memaksa orang-orang untuk beranggapan sama dengan pandangannya, karena setiap orang punya hak untuk tidak suka terhadap sesuatu.

Tanggapan Sutradara 'Kucumbu Tubuh Indahku' Raih 8 Piala Citra

Film kontroversi Kucumbu Tubuh Indahku berhasil sabet delapan piala citra di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2019.

Sutradara Film Kucumbu Tubuh Indahmu, Garin Nugroho mengaku jika dirinya kali ini dihargai di rumah sendiri.

Pernyataan tersebut disampaikan Garin Nugroho dalam acara Rosi yang kemudian diunggah oleh kanal YouTube KompasTV, Kamis (12/12/2019).

Garin Nugroho mengungkapkan selama 35 tahun berkarya di dunia film, tiga kali memenangkan penghargaan sebagai best director di luar negeri, namun baru kali ini karyanya mendapat penghargaan di dalam negeri.

"Ya ini menyenangkan ya, kalau film terbaik sudah pernah, 'Cinta Sepotong Roti' itu film terbaik, tapi kalau sutradara itu walaupun sudah tiga kali best director di luar negeri tapi di dalam baru pertama kali," ujar Garin.

Menurut Garin Nugroho, FFI layaknya sebuah rumah bagi pembuat film di Indonesia.

Sehingga saat dirinya berhasil memperoleh penghargaan di ajang FFI 2019, itu sangat menyenangkan.

"Ya senang, karena kembali ke rumah sendiri saja, dan memang ditengah situasi kontroversi, oleh karena itu salutlah pada FFI yang berani memilih film ini," jelas garin Nugroho.

Dengan penghargaan dari FFI, Garin menyatakan, FFI telah membuka ruang publik untuk mendiskusikan film Kucumbu Tubuh Indahku.

"Artinya berani membuat ruang publik untuk mendiskusikannya dengan tema-tema yang sensitif itu suatu hal yang harus dihargai," ungkapnya.

Diketahui, sebelum penayangannya, film Kucumbu Tubuh Indahku banyak menuai penolakan dari berbagai pihak.

Sebagai sutradara, Garin Nugroho juga memperoleh banyak hujatan.

Bahkan sempat ada petisi untuk menolak penayangan film Kucumbu Tubuh Indahku karena dianggap film LGBT.

Garin Nugroho, menanggapi dengan santai soal pro kontra tersebut, karena dirinya menagakui memang film buatannya hampir semua sensitif.

"Tapi yang paling penting film ini telah lolos sensor, artinya telah memenuhi prosedur hukum, pro kontra adalah biasa tapi yang menentang harus juga melakukan prosedur hukum," papar Garin Nugroho.

Bagi Garin, masyarakat tidak boleh berlaku sebagai pengadilan untuk melarang dan mencegah film ini tayang, karena film ini sudah lolos sensor.

"Kontrovesi dan pro kontra adalah wajar dalam negara demokrasi, tapi masyarakat jangan berperan sebagai lembaga penegak hukum," jelas Garin Nugroho.

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved