Kartunis Pencipta Komik Panji Koming Kompas Berpulang
Dwi Koendoro, kartunis pencipta komik Panji Koming yang secara berkala diterbitkan di surat kabar Kompas edisi Minggu wafat pada Kamis (22/8/2019) din
TRIBUNNEWS.COM - Keluarga besar Kompas Gramedia (KG) berduka, karena satu lagi tokoh KG meninggal dunia.
Dwi Koendoro, kartunis pencipta komik Panji Koming yang secara berkala diterbitkan di surat kabar Kompas edisi Minggu wafat pada Kamis (22/8/2019) dini hari.
Kabar duka ini menyebar melalui aplikasi pesan di kalangan karyawan KG.
"Innaalillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun, Bapak Dwi Koendoro 'Panji Koming' wafat pada pukul 3.14 dini hari ini, Kamis, 22 Agustus 2019, di Rumah Sakit Bintaro Jaya
Beliau disemayamkan di Bintaro Jaya Sektor 4, Jl. Cucur Barat 5 blok F3/10. Beliau orang baik.
Turut belasungkawa pada Ibu dan keluarga besar bapak. Semoga Allah merahmati bapak. Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu 'anhu. Alfatihah," demikian isi pesan yang mengabarkan duka ini.
Panji Koming adalah strip komik yang diterbitkan di Kompas Minggu sejak 14 Oktober 1979
Nama komik ini berasal dari nama tokoh utamanya, Panji Koming, yang hidup pada masa Kerajaan Majapahit.
Selain singkatan 'Kompas Minggu', Koming juga berarti 'bingung' atau 'gila'.

Meskipun mengambil setting masa lalu kasus yang diangkat sering kali dikaitkan dengan hal-hal aktual yang terjadi di Indonesia masa kini, terutama masa Orde Baru dan sesudahnya.
Strip komik ini ditulis oleh Dwi Koendoro, meskipun kadang-kadang dikerjakan oleh putranya.
Strip komik ini diciptakan oleh Dwi Koendoro atas saran kartunis G.M. Sudharta.
Tokoh Panji Koming adalah seorang pemuda kelas menengah bawah yang memiliki karakter lugu dan agak peragu.
Ia memiliki pacar yang bernama Ni Woro Ciblon yang cantik, pendiam dan sabar.
Dalam kehidupan sehari-hari, Panji Koming memiliki kawan setia bernama Pailul yang agak konyol namun lebih terbuka dan berani bertindak.
Kekasih Pailul adalah Ni Dyah Gembili, perempuan gemuk yang selalu bicara terus terang.
Tokoh protagonis lain adalah "Mbah", seorang ahli nujum yang sering ditanya mengenai masalah-masalah spiritual serta seekor anjing buduk yang dijuluki "Kirik" (anak anjing dalam bahasa Jawa).
Tokoh antagonis yang sering kali menjadi objek lelucon adalah seorang birokrat gila jabatan yang bernama Denmas Arya Kendor.