Jumat, 3 Oktober 2025

Lewat film Stadhius Schandaal, Tio Duarte Membuka Jalan Ke Depan Layar Lebar

Nama Tio Duarte hingga kini dikenal cukup akrab oleh pemirsa televisi. Hampir di semua layar kaca yang menayangkan sinetron dan FTV,pria tampan kelahi

Editor: Toni Bramantoro
ist
Tio Duarte 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Tio Duarte hingga kini dikenal cukup akrab oleh pemirsa televisi. Hampir di semua layar kaca yang menayangkan sinetron dan FTV,pria tampan kelahiran Jakarta 1975 ini kerap berlakon.

”Saya masih mendapat tempat di sinetron dan FTV. Terkadang seminggu bisa syuting dua judul,” jelas aktor yang ditemui di lokasi syuting film Stadhuis Schandaal, di Studio Persari, di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (1/12/2017).

Meski sudah sejak usia belasan tahun berakting, Tio Duarte yang merupakan putra dari aktor laga Fara Noor, baru pertama berakting di layar perak.

Karena, pada kurun waktu dia memulai meniti karir, film Indonesia pernah kolaps lebih dari 10 tahun dan bangkit lagi diawal tahun 2000an.

“Saya bangga sekali pertama kali main film langsung disutradarai oleh Adisurya Abdi, dan filmnya punya bobot cerita yang dalam dan unik. Ada cerita sejarah masa lalu, ada tentang ekonomi yaitu ada perdagangan dan cinta,” kata Tio yang memerankan Wisnu, ayah Fei, sebagai tokoh utama.

Untuk mendalami karakter peran Wisnu, selain diskusi dengan sutradara, Tio mengikuti kursus khusus mendalami karakter Wisnu.

”Kalau penampilan sebagai figur eksekutif dan pengusahaorang akan mudah percaya. Tapi, kalau dengan karakter Wisnu saya mesti mendalaminya lagi. Karena saya tidak ingin kesempatan yang saya dapatkan ini asal lewat saja,” urai Tio berharap film Stadhuis Scandaal ini mendapat temapt di mata penonton film Indonesia.

”Lebih dari itu, masuk ke festival film nasional dan internasional,” katanya.

Selama berperan sebagai Wisnu,Tio akan berada di berbagai lokasi syuting di Jakarta,Pangkalan Bun Kalimantan, dan Shanghai Cina.

”Saya bermain di delapan belas scene. Durasi film ini seratus menit sosok saya selalu tampil, makanya saya akan optimalkan kemampuan saya,” tuturnya.

Pengalaman pertama bermain film di bawah arahan sutradara dan praktisi perfilman sekelas Adisurya Abdi adalah peluang bagi Tio untuk meningkatkan kemampuannya berakting di layar lebar.

Ke depan dia berharap di layar lebar mendapat peran tokoh yang antagonis.

”Seperti karakter jahat atau piskopat yang jahat sekali sehingga saya bisa mengeksplore lebih banyak lagi kemampuan saya,” cerita aktor yang pernah berperan di sinetron Karmila dan Badai Pasti Berlalu.

Bila harapan Tio Duarte lebih besar dan lebih banyak ke depannya merupakan sesuatu hal yang wajar karna dia harus mengibarkan kembali nama Duarte di pentas perfilman nasional.

Aktor yang pernah mendapat penghargaan dari Brunei Darussalam lewat sinetron KOD 486 yang tayang di stasiun televisi di negeri jiran adalah cucu dari produser, sutradara, dan tokoh Henry L. Daurte, terkenal di tahun 50an.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved