Kamis, 2 Oktober 2025

Pilpres 2019

Tanggapan Sejumlah Pihak soal Puisi Neno Warisman, MUI: Pilpres 2019 bukan seperti Perang Badar

Puisi Neno Warisman yang dibacakan dalam acara Munajat 212 di Monas, Kamis (21/2/2019) menuai kontroversi dan mendapat tanggapan dari sejumlah pihak.

Tribunnews.com/Danang Triatmojo
Puisi Neno Warisman yang dibacakan dalam acara Munajat 212 di Monas, Kamis (21/2/2019) menuai kontroversi dan mendapat tanggapan dari sejumlah pihak. 

Dirinya menilai Neno salah menafsirkan realita yang terjadi saat ini.

"Yang saya sayangkan memahami realita dengan puisi yang salah. Realita ya kita tidak ada hubungannya dengan perang Badar, kita bukan sedang bermusuhan," ujar Cholil di Hotel Sari Pasific, Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (24/2/2019).

Meski begitu, Cholil menilai puisi itu tidak akan mempengaruhi solidaritas umat saat ini.

Dirinya menilai Neno Warisman tidak memiliki pengikut dan pengaruh kepada umat.

"Saya tidak terlalu percaya pengaruhnya Neno Warisman kepada umat seperti apa. Karena saya tidak melihat pengikutnya Neno Warisman. Tapi puisi itu ungkapan dari anak bangsa yang menggangu," tegas Cholil.

Menurutnya, kontestasi Pilpres 2019 bukan merupakan perang antar dua kubu.

Dirinya menilai Pilpres 2019 adalah kompetisi antara dua anak bangsa terbaik.

"Siapa pun yang jadi presiden adalah yang terbaik, oleh karena itu menyebut disamakan dengan perang Badar, menurut saya berlebihan. Berilah rasa optimis agar masyarakat memilih dengan hati bukan ketakutan," pungkas Cholil.

Baca: Ketua Komisi Dakwah MUI Tanggapi Puisi Neno Warisman

2. Ketua PBNU Bidang Hukum

Ketua PBNU Bidang hukum, Robikin Emhas, mengingatkan, Neno Warisman terkait adab berdoa.

Ia mengatakan, Islam telah memberi panduan tata cara berdoa.

"Berdoa merupakan bagian dari cara membangun hubungan baik dengan Allah SWT. Ingat, Tuhan yang kita sembah adalah Allah SWT. Bukan Pilpres. Bahkan bukan agama itu sendiri," kata Robikin dalam keterangannya, Minggu (24/2/2019).

Menurut Robikin, mengandaikan Pilpres sebagai perang adalah kekeliruan.

"Pilpres hanya kontestasi lima tahunan. Proses demokrasi biasa. Tentu akan ada yang dinyatakan terpilih dan tidak terpilih, tidak menggunakan istilah menang dan kalah," tutur dia.

Ia mengkhawatirkan, ucapan pengandaian itu malah dianggap mengkotak-kotakan dukungan atas dasar agama tertentu.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved