Sabtu, 4 Oktober 2025

Aktivitas Terbaru Gunung Anak Krakatau Pasca-Erupsi, Sutopo: Tidak Akan Meletus Seperti Ibunya

Berikut adalah aktivitas terbaru Gunung Anak Krakatau, 4 Januari 2019 setelah kembali mengalami erupsi, Rabu (3/1/2019).

Tribunnews/JEPRIMA
Berikut adalah aktivitas terbaru Gunung Anak Krakatau, 4 Januari 2019 setelah kembali mengalami erupsi, Rabu (3/1/2019). 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah aktivitas terbaru Gunung Anak Krakatau, 4 Januari 2019 setelah kembali mengalami erupsi, Rabu (3/1/2019).

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan kabar perkembangan terbaru aktivitas Gunung Anak Krakatau Jumat, 4 Januari 2019.

Gunung Anak Krakatau (110 mdpl) yang terletaj di Lampung Selatan, Lampung saat ini berada dalam tingkat aktivitaslevel III (Siaga).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pukul 00.00 - 06.00, cuaca cerah, angin bertiup lemah ke arah barat.

Suhu udara di sekitar 25-26 derajat celsius dengan kelembaban udara 91-94%.

Aktivitas kegempaan yang terjadi yaitu, tremor menerus (Microtremor) terekam dengan amplitido 2-21 mm (dominan 6 mm).

Gempa letusan terjadi sebanyak 13 kali, dengan amplitudo 15-22 mm selama 40-110 detik.

Gempa letusan terjadi sebanyak 5 kali, dengan amplitudo 14-21 mm selama 35-36 detik.

Berdasarkan kondisi tersebut, PVMBG merekomendasikan:

1. Masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radisu 5 kilometer dari kawah.

Yaitu di dalam kompleks Gunung Krakatau yang dibatasi oleh Pulau Rakata, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang.

2. Masyarakat agar menyiapkan masker untuk mengantisipasi jika terjadi hujan abu.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho melalui cuitannya juga memberikan informasi tentang aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Sutopo menyebutkan bahwa hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau meletus.

Pada 3/1/2019 dari pukul 00.00 -24.00 WIB terjadi 37 kali letusan, 42 kali hembusan dan tremor menerus.

Asap kawah bertekanan sedang-kuat, warna putih, kelabu dan hitam, intensitas tebal setinggi 2.000 meter dari puncak kawah.

"1) Hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau meletus. Pada 3/1/2019 dari pukul 00.00 -24.00 WIB terjadi 37 kali letusan, 42 kali hembusan dan tremor menerus. Asap kawah bertekanan sedang-kuat, warna putih, kelabu dan hitam, intensitas tebal setinggi 2.000 meter dari puncak kawah," tulis Sutopo.

Gunung Anak Krakatau tetap berstatus Siaga (Level III).

Daerah berbahaya di dalam radius 5 kilometer dari kawah.

Masyarakat diimbau tenang dan meningkatkan kewaspadaan.

Jalur pelayaran Merak - Bakaheuni aman dan tidak terpengaruh letusan.

"2) Gunung Anak Krakatau tetap berstatus Siaga (level 3). Daerah berbahaya di dalam radius 5 km. Masyarakat dihimbau tenang dan meningkatkan kewaspadaan. Jalur pelayaran Merak - Bakaheuni aman. Tidak terpengaruh letusan," tulis Sutopo.

Sutopo menjelaskan grafik dalam foto unggahannya, selalu ada jeda istirahat selama beberapa hari yang kemudian terjadi letusan beruntun.

Ia mengatakan PVMBG terus memantau aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatu.

"3) Lihat grafik ini. Selalu ada jeda waktu istirahat beberap hari kemudian meletus beruntun dari Gunung Anak Krakatau. Jika ada letusan baru, itu sudah perilaku Gunung Anak Krakatau. PVMBG terus memantau aktivitas vulkanik GAK," tulis Sutopo.

Sutopo menegaskan bahwa Gunung Anak Krakatau tidak akan meletus seperti Gunung Krakatau tahun 1883.

Retakan yang terdapat pada Gunung Anak Kratau, Sutopo menyebutnya sebagai hal yang wajar trerjadi pada gunung api pasca letusan.

Masyarakat tidak perlu khawatir dan harus mempercayakan kepada PVMBG selaku otoritas pemantau gunung api yang mempunyai alat, SDM, ilmu dan pengalaman.

"4) Gunung Anak Krakatau tidak akan meletus seperti ibunya (Gunung Krakatau) tahun 1883. Jika ditemukan ada retakan saat ini. Itu wajar pada gunungapi pascaletusan. Percayakan pada PVMBG selaku otoritas pemantau gunungapi. Mereka punya alat, SDM, ilmu dan pengalaman," cuit Sutopo.

Sutopo juga menjelaskan asal-muasal Gunung Anak Krakatau yang terbentuk setelah adanya letusan 3 gunung di Selat Sunda (G. Rakata, G. Danan. G. Perbuatan) secara bersamaan.

Ia juga menegaskan letusan Gunung Anak Krakatau tidak akan sama dengan letusan Gunung Krakatau tahun 1883.

"5) Tahun 1883, tiga gunung di Selat Sunda (G.Rakata, G.Danan. G.Perbuatan) meletus bersamaan. Letusanny besar dan menimbulkan tsunami besar setinggi 36 meter. Lalu gunungnya hilang. Lalu 1927 muncul Gunung Anak Krakatau (GAK). Tidak mungkin letusan GAK akan sama tahun 1883," tulis Sutopo.

(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved