Senin, 6 Oktober 2025

5 Fakta Unik Hari Raya Galungan di Bali, Tradisi Ngejot hingga Aneka Budaya di Tiap Daerah

Berikut ini rangkuman fakta unik tradisi Galungan dan Kuningan di Bali tradisi ngejot yang masih terjaga.

Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Kolase / Tribun Bali
5 Fakta Unik Hari Raya Galungan di Bali, Tradisi Ngejot yang masih terjaga. 

Penjor-penjor tersebut ditancapkan di depan pintu masuk saat penampahan sore agar saat Galungan masih dalam keadaan segar.

Ada yang unik dari penjor di kawasan Banjar jambe, Desa Kerobokan, Kuta Utara Selasa (25/12/2018).

Penjor di kawasan ini dibuat setinggi 16 meter, menurut salah satu warga, I Gede Wira Kusuma waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penjor ini sekitar 1,5 bulan.

"Kira-kira 1,5 bukan untuk menyelesaikan penjor ini. kalau sendirian bisa 3 bulan," ujar Gede sambil tertawa.

Penjor setinggi 16 meter di kawasan Banjar Jambe desa Kerobokan Kuta Utara.
Penjor setinggi 16 meter di kawasan Banjar Jambe desa Kerobokan Kuta Utara. (TribunBali)

Para pemuda bergotong royong dalam membuat penjor.

"Setiap kali akan Galungan para teruna di sini saling bantu buat penjor," ungkap Gede.

Ia menceritakan biaya membuat penjor ini sekitar 2,5 juta.

Setiap Galungan dia membuat penjor dengan ukuran yang sama namun motifnya yang berbeda.

4. Tradisi Ngejot

Ngejot berarti memberi atau berbagi pada orang lain.

Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang Galungan hingga pada Hari Raya Galungan.

Seperti di lansir dari TribunBali, Biasanya yang di-jot-kan berupa buah, jajan, maupun olahan daging saat penampahan.

Tradisi ini juga semakin mempererat persaudaraan.

Selain ngejot kepada sesama, di daerah Buleleng juga ada ngejot punjung ke setra saat Galungan.

Ngejot punjung ini dilakukan dengan membawa sodaan ke makam keluarga di setra.

Tradisi ngejot alias bagi-bagi jajan
Tradisi ngejot alias bagi-bagi jajan (TribunBali)
Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved