Sepakbola SEA Games 2011
Antara Kelelahan dan Individualistis
Setelah berjuang selama 120 menit, Indonesia harus mengakui keunggulan Harimau Melaya di hadapan ribuan suporter Indonesia

Catatan Sepakbola oleh Komang Agus Ruspawan*
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyedihkan! Harapan Indonesia untuk mengakhiri kemarau panjang medali emas SEA Games pupus sudah. Emas yang sudah berada di depan mata melayang dengan tragis setelah Tim Merah Putih kalah dalam drama adu penalti.
Egi Melgiansyah dkk gagal mengulang kisah manis skuad Garuda di Jakarta pada 1987 dan Manila 1991 saat dua kali merebut medali emas. Yang terjadi adalah ulangan cerita kegagalan kembali SEA Games 1999.
Di hadapan ribuan suporter yang memerahkan Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (21/11/2011) malam, kali ini Indonesia menyerah dari Malaysia. Ironisnya, negara tetangga sekaligus rival utama itu pula yang menggagalkan Indonesia menjuarai Piala AFF 2010, Desember lalu.
Publik Tanah Air sangat berharap tim asuhan Rahmad Darmawan bisa membalas kekalahan di Piala AFF 2010. Harapan itu sangat terbuka untuk dapat terwujud setelah melihat sepak terjang Patrich Wanggai dkk sejak babak penyisihan hingga semifinal.
Pasukan Garuda Muda sukses memukul Kamboja 6-0 kemudian menekuk dua tim kuat Singapura (2-0) dan Thailand (3-1). Kekalahan dari Malaysia di penyisihan terakhir lebih karena strategi Rahmad Darmawan yang menurunkan sebagian besar pemain cadangan. Di semifinal, Vietnam dipaksa bertekuk lutut 2-0.
Harapan itu pun makin terbuka ketika Gunawan Dwi Cahyo mampu membawa Indonesia memimpin cepat atas Malaysia di babak final. Beberapa kali peluang kembali didapat lini depan Indonesia. Namun gagal membuahkan gol.
Sayang, setelah setengah jam permainan, Timnas U-23 tak mampu menjaga konsistensi permainan. Lini belakang yang begitu tangguh saat tampil melawan Vietnam, justru terlihat amburadul.
Kondisi diperparah dengan hidupnya permainan Malaysia. Meski tertinggal mereka tetap tenang sehingga bisa mengatur permainan dan mendikte pertahanan Garuda Muda.
Sebaliknya alur serangan Indonesia tak terkontrol. Permainan dengan umpan-umpan langsung dengan ke depan dengan mengandalkan kecepatan Wanggai dan Tibo tidak efektif. Pertahanan Malaysia mampu meredamnya dengan melakukan pressure ketat pada dua striker tersebut.
Organisasi permainan semakin tidak berjalan baik setelah beberapa pemain lebih menonjolkan permainan individu. Sorotan utama pantas ditujukan pada Okto Maniani maupun Wanggai yang terlalu banyak membawa bola sendirian ketimbang bermain satu dua sentuhan.
Terlepas dari itu, faktor kelelahan memang tak bisa dipungkiri. Jadwal yang padat membuat stamina pemain kita terkuras habis, khususnya saat melawan Vietnam. Hal ini menjadikan pemain sering melakukan kesalahan elementer seperti kontrol bola dan passing.
Namun masalah yang sama juga dirasakan pemain Malaysia. Mereka juga kelelahan di babak kedua. Namun mereka masih bisa menyiasati dengan permainan tim dengan umpan-umpan satu-dua sentuhan.
Malaysia Lebih Siap
Akhirnya setelah berjuang selama 120 menit, Indonesia harus mengakui keunggulan Harimau Melaya, yang tak merasakan tekanan apapun tampil di hadapan ribuan suporter Indonesia. Dengan soliditas tim, kematangan, dan mental juara, Malaysia sukses mempertahankan medali emas.
Sukses Malaysia ini tak lepas dari persiapan mereka yang sangat matang menuju SEA Games 2011. Sederet uji coba Internasional, dijalani dengan mulus. Termasuk, Training Center (TC) di luar negeri yang sudah dilakukan sejak medio Januari lalu.
Khairul Fahmi dan kawan-kawan telah merasakan pengalaman bertanding melawan klub Liga Primer Inggris, Chelsea, pada 21 Juli lalu. Hasilnya, mereka hanya kalah tipis 0-1.
Belum lagi, ditambah dengan tur pertandingan di Slovakia selama satu bulan, membuat jam terbang tim asuhan Ong Kim Swee bertambah. Mereka juga telah mengukur sejauh mana kekuatan terkini calon lawan di SEA Games 2011 dengan ikut serta dalam Turnamen VFF Cup di Vietnam, Oktober lalu.
Bandingkan dengan Indonesia yang baru melakukan persiapan efektif sejak Agustus lalu, setelah kalah dari Turkmenistan di Pra-Olimpiade 2012 pada Februari dan Maret. Ada jeda waktu yang lama. Ini sebagai buntut kisruh di tubuh PSSI.
Selain itu, materi pemain Malaysia memang sudah matang. Nama-nama seperti Baddrol Bakhtiar, Mohd Asraruddin Putra Omar, Mahali Jasuli, Mohd Muslim Ahmad, dan Ahmad Fakri Saarani merupakan bagian dari kesuksesan Malaysia meraih emas di SEA Games Laos 2009. Saat itu, Harimau Malaya Muda menaklukkan Vietnam 1-0 lewat gol bunuh diri Mai Xuan Hop.
Putra Omar, Muslim, Mahali, dan kiper Khairul Fahmi adalah sederet nama pemain yang ikut mengantar Malaysia menjadi juara Piala AFF 2010. Mereka semuanya pemain pilar.
Keberhasilan Malaysia ini semakin menambah prestasi mereka di SEA Games. Kini mereka telah lima kali menjadi peraih medali emas di pentas olahraga dua tahunan terbesar Asia Tenggara itu.
Sebaliknya Indonesia makin lama merasakan dahaga gelar. Lebih tragis lagi, kekalahan Garuda Muda juga diwarnai dengan tewasnya dua suporter saat mendukung timnya di GBK, tadi malam.
Kegagalan ini tentunya harus menjadi perhatian besar pengurus PSSI yang baru. Mereka harus segera melakukan evaluasi dan membangun skuad timnas yang lebih kuat.
Untuk itu, masalah dualisme kompetisi yang terus memanas harus dituntaskan. Karena prestasi timnas muaranya adalah kompetisi yang benar.
*Pengasuh Halaman Superball Tribun Network