Jepang Manfaatkan Nuklir untuk Diagnosis 2 Juta Pasien dalam Setahun, Indonesia Baru 30 Ribuan
Teknologi radioisotop saat ini semakin dibutuhkan oleh dunia kedokteran untuk mengobati pasien yang memiliki penyakit kanker, jantung dan ginjal.
Di Indonesia, kata dia, penggunaan radiofarmaka masih berada pada angka 30 ribu dalam satu tahun.
Hal itu karena masih terbatasnya pengetahuan masyarakat terkait pengobatan melalui radiofarmaka.
Bahkan jumlah dokter nuklir di sini pun tidak sebanyak negara lain.
"Indonesia ini sekitar 20 atau 30-an ribu (diagnosis) kisarannya dalam setahun," tutur Rohadi.
Di tanah air, dokter dari kedokteran nuklir memiliki perhimpunan yang disebut PKNI atau Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia, mereka biasanya melakukan publikasi terkait capaian penanganan pasien menggunakan radiofarmaka.
"Nah secara periodik biasanya mereka ada publikasi, berapa sih setahun ini penanganan yang menggunakan radiofarmaka?," jelas Rohadi.
Saat ini BATAN ditunjuk pemerintah untuk menjadi koordinator untuk 3 Prioritas Riset Nasional (PRN) periode 2020 hingga 2024.
Satu diantaranya yakni untuk mengembangkan produksi radioisotop dan radiofarmaka pada bidang kesehatan, untuk mengurangu ketergantungan industri dalam negeri terhadap produk impor.
BATAN yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui PTRR mengembangkan produksi radioisotop dan radiofarmaka untuk penanganan terhadap penyakit kanker, baik untuk diagnosis maupun terapi yang memang banyak dibutuhkan di dalam negeri.
Dalam mengembangkan produksi radioisotop dan radiofarmaka ini, BATAN bekerja sama dengan PT Kimia Farma, LIPI, BPPT, Badan POM, Bapeten serta Universitas Padjadjaran.
Upaya pemerintah dalam mendorong kemandirian untuk memproduksi radioisotop dan radiofarmaka ini sebelumnya dipicu masih tingginya persentase produk yang diimpor, yakni mencapai angka di atas 90 persen.
PRN ini terus didorong realisasinya untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari luar negeri.
Terkait PRN khusus bidang kesehatan, terdapat 5 produk radioisotop dan radiofarmaka yang ditargetkan dikembangkan produksinya selama periode 2020-2024.
Mulai dari Generator Mo-99/Tc-99m yang menggunakan Mo-99 non fisi, lalu radiofarmaka berbasis Prostate Specific Membrane Antigen (PSMA).
Kemudian Kit radiofarmaka Nanokoloid HAS, selanjutnya Kit radiofarmaka EDTMP, serta Contrast agent berbasis gadolinium untuk MRI contrast agent.