Senin, 29 September 2025

Mulai Kerajinan Baduy hingga Lukisan, Festival Seni Multatuli 2025 Jadi Magnet Ekonomi Warga Lebak

Puluhan UMKM masyarakat adat Baduy hingga pelukis asal Rangkasbitung mengaku kebanjiran pembeli dan pesanan selama festival berlangsung

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Eko Sutriyanto
Istimewa
PELUKIS - Endang Nugraha (55), pelukis asal Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten mengikuti Festival Seni Multatuli yang digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Festival Seni Multatuli (FSM) 2025 yang digelar di Alun-Alun Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, pada 19 sampai 21 September, mendatangkan berkah ekonomi bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta seniman lokal.

Puluhan UMKM masyarakat adat Baduy hingga pelukis asal Rangkasbitung mengaku kebanjiran pembeli dan pesanan selama festival berlangsung.

Jamal, seorang pelaku UMKM Baduy, mengaku senang bisa meramaikan FSM 2025. 

Dia menjajakan produk aneka kerajinan khas masyarakat adat Badui, mulai dari kain tradisional motif Janggawari seharga Rp1,2 juta, kain pewarna alam Rp500 ribu, kain songket Rp250 ribu, hingga selendang kecil Rp20 ribu.

Selain itu, tersedia juga pakaian kebaya perempuan Rp150 ribu, pakaian kampret Rp300 ribu per pasang, ikat kepala (lomar) Rp100 ribu, dan tas koja Rp250 ribu. Semua produk itu, kata Jamal, merupakan hasil karya tangan masyarakat adat Badui yang tetap dikerjakan secara tradisional.

“Festival ini sangat membantu ekonomi keluarga kami. Tahun lalu saja kami kewalahan melayani permintaan pengunjung. Tahun ini pun animo sama tingginya,” ujar Jamal.

Santa, pelaku UMKM lainnya, juga merasakan hal serupa.

Dirinya menyebut omzet penjualan kerajinan relatif lumayan karena banyak pengunjung datang dari berbagai daerah seperti Banten, Jawa Barat, Lampung, hingga DKI Jakarta.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Imam Suangsa, menegaskan bahwa pemerintah daerah selalu mendorong promosi produk Badui melalui FSM.

Saat ini terdapat sekitar 2.000 unit UMKM Badui, dengan potensi perputaran uang dari kerajinan adat mencapai ratusan juta rupiah per tahun.

“Kami terus melakukan pembinaan dan promosi agar produk kerajinan Badui bisa bersaing, bukan hanya di pasar domestik tapi juga mancanegara,” ujar Imam.

Selain UMKM, seniman lokal juga turut menikmati dampak ekonomi FSM 2025. Endang Nugraha (55), pelukis asal Rangkasbitung, mengaku mendapat lebih dari 20 pesanan lukisan wajah dalam satu hari festival.

Biaya setiap lukisan wajah di atas kanvas ukuran 30x20 sentimeter berkisar Rp250 ribu hingga Rp300 ribu.

Dalam sehari, Endang berhasil mengantongi pendapatan sekitar Rp4,5 juta.

“Kebanyakan pengunjung minta dilukis bersama pasangan untuk dipajang di ruang tamu. Saya hanya butuh dua jam untuk menyelesaikan satu lukisan,” kata Endang, yang menekuni seni lukis sejak bangku SD hingga kini dikenal sebagai pelukis realis dan naturalis.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan