Senin, 29 September 2025

Sinemaria, Ruang untuk Merayakan Film dan Membangun Ruang Diskusi Lewat Layar Alternatif

Sinemaria merupakan komunitas yang bergerak pada pemutaran film alternatif di Solo yang berdiri sejak tahun 2023

Instagram @ber.sinemaria
KOMUNITAS SINEMARIA - Kegiatan komunitas Sinemaria, komunitas yang bergerak pada pemutaran film alternatif di Solo yang berdiri sejak tahun 2023. 

TRIBUNNEWS.COM - Berawal dari sebuah kegelisahan dan keresahan  pribadi mengenai sepinya ruang pemutaran film di Solo, Ardhika Surya (28), mendirikan komunitas bernama Sinemaria.

Ia mengaku merasakan vakumnya kegiatan pemutaran dan diskusi film di kota Solo, meskipun sebelumnya pernah ada dan tumbuh subur.

"Di Solo pemutaran film itu semakin sedikit, lama lama ngga ada sama sekali, aku merasa ngga ada tempatnya, terus aku ngajak temen-temen, ternyata mereka juga memiliki kegelisahan yang sama, terus mempunyai visi yang lebih," ujar Ardhika, Rabu (20/8/2025).

Bersama dua rekannya, Angga dan Ratna, ia membentuk Sinemaria pada  akhir tahun 2023.

Sinemaria sendiri berasal dari kata sinema, yang dipilih dengan alasan mudah disebut dan diingat, sementara itu, ria berarti kegembiraan.

Nama Sinemaria dipakai dengan harapan agar orang-orang yang menonton film di Sinemaria perasaan hatinya turut gembira, apapun film yang diputarnya.

Awalnya, mereka hanya berekspektasi membuat acara tiga bulan sekali.

Namun, sambutan hangat dan banyaknya ajakan kolaborasi membuat kegiatan mereka menjadi lebih sering, hingga tim inti pun berkembang dari tiga personel menjadi enam.

Sinemaria memposisikan diri sebagai sebuah layar alternatif.

Mereka tidak bersaing dengan bioskop komersial yang telah menjadi tempat bagi film sebagai hiburan.

salah satu founder Sinemaria
SINEMARIA - Ardhika Surya (28), salah satu founder Sinemaria menjelaskan awal didirikannya Sinemaria, Rabu (20/08/2025) di Parang Coffe, Laweyan Surakarta.

Sebaliknya, Sinemaria berfokus pada pemutaran film-film alternatif, khususnya film pendek yang jarang mendapat layar namun memiliki pesan dan isu yang relevan.

Baca juga: Merajut Relasi, Menambah Wawasan: Solo Book Party Hadirkan Komunitas Baca Inklusif

Menurut Ardhika, apresiasi tertinggi bagi sebuah film adalah ketika karya tersebut berhasil memantik diskusi mengenai isu di sekelilingnya atau pengalaman pribadi penonton dan bukan sekadar perbincangan teknis.

Hal tersebut mereka fasilitasi dengan diadakannya sesi diskusi setiap setelah pemutaran film.

Kurasi film yang diputar pun sangat terprogram dan bersifat responsif.

Misalnya ketika sebuah galeri rekanan mengadakan pameran tentang makanan, Sinemaria akan merespon dengan program film dengan tema serupa.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan