Senin, 29 September 2025

BMKG: 13 Provinsi Berpotensi Cuaca Ekstrem 18 Juli 2025, Waspadai Hujan Lebat dan Angin Kencang

Gempa Pasaman, Balikpapan, dan Lumajang terjadi beruntun. BMKG ungkap pengaruh cuaca global dan dinamika atmosfer.

Editor: Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
CUACA EKSTREM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini cuaca ekstrem yang berpotensi melanda sejumlah wilayah di Indonesia pada Jumat, 18 Juli 2025. Sebanyak 13 provinsi teridentifikasi berisiko mengalami hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang, TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini cuaca ekstrem yang berpotensi melanda sejumlah wilayah di Indonesia pada Jumat, 18 Juli 2025.

Sebanyak 13 provinsi teridentifikasi berisiko mengalami hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang, sehingga masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, longsor, dan pohon tumbang.

BMKG menjelaskan bahwa kondisi ini merupakan dampak dari dinamika atmosfer yang tidak biasa, termasuk lemahnya Monsun Australia, tingginya suhu muka laut, serta aktifnya fenomena atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang ekuator Kelvin dan Rossby.

Angin Monsun Australia saat ini tengah aktif bertiup dari selatan ke utara membawa udara kering. 

Hal ini memicu cuaca cerah di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan, tetapi juga dapat menyebabkan kekeringan dan memperkuat kontras tekanan antara laut dan darat, yang bisa memicu ketegangan lempeng di beberapa wilayah.

Fenomena MJO fase basah sedang mendekati wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.

Pergerakan MJO ini meningkatkan potensi hujan di wilayah timur Indonesia, namun secara tak langsung juga dapat memicu aktivitas seismik di zona-zona megathrust yang sensitif terhadap perubahan tekanan atmosfer dan laut.

BMKG juga memantau gelombang atmosfer ekuator seperti gelombang Kelvin dan gelombang Rossby yang sedang aktif melintasi wilayah Indonesia.

Kedua gelombang ini berperan dalam menambah ketidakstabilan atmosfer dan dapat memengaruhi tekanan di laut dalam jangka pendek, berpotensi menambah tekanan pada lempeng-lempeng di zona rawan gempa.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Banjarmasin, Jumat 18 Juli 2025: Cerah, Berawan di Malam Hari

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, hingga akhir Juni 2025, baru 30 persen wilayah Indonesia yang masuk musim kemarau. Padahal secara normal, sekitar 64% wilayah sudah seharusnya mengalami kemarau pada periode ini.

“Tingginya kelembapan udara akibat suhu muka laut yang tinggi menyebabkan terbentuknya awan hujan bahkan di tengah musim kemarau,” ujar Dwikorita, Jumat (18/7/2025).

BMKG juga menyebut bahwa kondisi ENSO dan IOD saat ini berada dalam fase netral, namun curah hujan tetap tinggi di berbagai wilayah.

Hujan ekstrem sempat tercatat di sejumlah kota seperti Bogor, Mataram, dan Bulukumba, menyebabkan banjir, longsor, dan gangguan aktivitas masyarakat.

El Niño–Southern Oscillation (ENSO) saat ini berada dalam kondisi netral ke negatif, artinya tidak terjadi El Niño kuat maupun La Niña. Namun, fase transisi ini dikenal labil dan kadang berkorelasi dengan aktivitas gempa di wilayah Pasifik barat termasuk Indonesia.

IOD berada dalam fase netral hingga positif lemah, yang memengaruhi distribusi suhu laut di Samudra Hindia.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan