Senin, 6 Oktober 2025

Pria di Batang 4 Kali Pindahkan Rumah, Kini Pasrah 'Dikejar Air Laut', Hidup Sendiri Tanpa Listrik

Wahyudi, pria lansia yang hidup sebatang kara di Batang empat kali memindahkan rumahnya karena kena abrasi. Kini pilih pasrah.

TribunJateng.com/Iwan Arifianto
PRIA PINDAHKAN RUMAH - Wahyudi, pria lansia yang hidup sebatang kara di Batang empat kali memindahkan rumahnya karena kena abrasi. Kini pilih pasrah. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria lanjut usia (lansia) bernama Wahyudi (66), empat kali memindahkan rumahnya karena 'dikejar air laut' akibat abrasi.

Ia tinggal sebatang kara di rumah yang berada di bibir Pantai Roban Timur, Desa Sengon, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Kawasan tersebut memang cukup parah dilanda abrasi.

Namun, Yudi, sapaan akrab Wahyudi, enggan mengungsi dan meninggalkan rumahnya yang telah ia tempati selama 30 tahun.

"Umah wes tak pindah ping papat nang arah ngidul patang tahun iki mergo dioyak banyu laut (rumah sudah saya pindah empat kali ke arah selatan selama 4 tahun terakhir karena kena abrasi)," kata Yudi kepada TribunJateng.com, Minggu (1/5/2025).

Padahal, rumah beratap genteng dengan lantai tanah itu sudah ambles sekira 50 sentimeter.

Selain itu, rumah tersebut juga tak tersambung listrik.

Untuk penerangan, Yudi menggunakan lampu teplok. 

Tak hanya itu, rumah Yudi juga tak ada kamar mandi. Sehingga untuk mencuci baju, mandi, dan buang air, Yudi harus menumpang di rumah tetangga.

Rumah itu juga cukup terisolir dengan kawasan permukiman warga. Tetangga terdekat Yudi berjarak sekira 500 meter.

"Tidak ada listrik, minta air mentah untuk minum, mandi dan buang air numpang ke tetangga," terangnya.

Baca juga: Nenek Munirah Dipasung Selama 6 Tahun di Rumah Reyot Tak Layak Huni, Berawal Dicerai Suami

Setiap malam, Yudi tidur berdampingan dengan kandang ayam. Sebab, ia mengaku pernah kehilangan ayamnya.

"Turu bareng ayam ben rak ilang (Tidur sama ayam, biar tidak hilang)," urainya.

Untuk memasak, Yudi masih menggunakan kayu bakar. 

Ironisnya, terkadang ia hanya minun lantaran tak punya beras atau bahan lain untuk dimakan.

"Masak kalau ada beras, kalau hari ini tidak ada beras jadi cuma masak air," ucapnya.

Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, Yudi bekerja serabutan. Terkadang, ia menjadi buruh tukang cangkul dengan upah Rp100 ribu per hari.

Namun, pekerjaan itu jarang dilakukan. Sehingga, ia harus mencari penghasilan tambahan dengan menjadi pemulung.

Dari memulung, Yudi hanya mengantongi uang Rp30 ribu per minggu. Ini pun tak cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Ia harus memutar otak agar tetap bisa makan. Di antaranya memasang jaring di depan rumah.

Lalu, menanam singkong di samping dan belakang rumahnya.

Di tengah himpitan ekonomi yang ia alami, Yudi kini hanya bisa pasrah terkait kondisi rumahnya.

Berbagai upaya telah ia lakukan, termasuk memindahkan rumah, hingga memasang papan kayu di depan pintu rumahnya.

Namun, upaya tersebut tak membuahkan hasil. Rumahnya tetap saja 'dikejar air laut'.

Sementara kini, ia sudah tidak bisa lagi menggeser tempat tinggalnya lantaran di belakang rumahnya merupakan tambak ikan.

"Ya hanya bisa pasrah, manut Gusti Allah," katanya, dilansir TribunBanyumas.com.

Kondisi Yudi yang sudah memindahkan rumahnya sebanyak empat kali itu dibenarkan oleh tetangganya, Haryono.

"Ya benar sudah pindah empat kali. Kondisi sekarang rumahnya juga sudah mau kena air lait lagi," tandasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Kisah Mbah Yudi, Pria Sebatang Kara Yang Sudah 4 Kali Pindahkan Rumah Karena Dikejar Air Laut

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJateng.com/Iwan Arifianto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved