Begini Respons Dedi Mulyadi Disebut ‘Dangkal’ oleh Rocky Gerung
Dedi Mulyadi tanggapi santai kritik Rocky Gerung soal visi dangkal: "Lebih baik dangkal tapi hasilkan sawah, daripada buat orang tenggelam."
TRIBUNNEWS.COM, JAWA BARAT - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menanggapi santai kritik pedas dari pengamat politik Rocky Gerung yang menyebut visinya sebagai pemimpin daerah dangkal.
Bukan membalas dengan emosi, Dedi justru memberikan komentar menohok sambil tersenyum di tengah hamparan sawah, Jumat (23/5/2025).
"Saya memilih menjadi orang yang berpikiran dangkal namun melahirkan hamparan tanaman," ujar Dedi Mulyadi, dengan senyum khasnya.
"Daripada orang yang mengakui pikirannya dalam malah membuat banyak orang tenggelam," lanjutnya.
Di tengah suasana pagi yang asri, Dedi menegaskan sikapnya dalam menghadapi kritik.
"Pagi semuanya, kita hadapi berbagai kritik dengan senyuman. Salam sehat bahagia selalu. Dengan melangkah, hidup akan menjadi berkah," imbuhnya.
Baca juga: Gaji Dedi Mulyadi dari YouTube Capai Rp342 Juta per Hari, Berapa Penghasilannya sebagai Gubernur?
Rocky Gerung Samakan Dedi Mulyadi dengan Jokowi: Mulyono Jilid II?
Sebelumnya, Rocky Gerung melontarkan kritik tajam terhadap gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi yang dinilai hanya menjual penampilan visual, bukan visi yang mendalam.
Ia bahkan menyandingkan Dedi Mulyadi dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi).
"Jadi kita lagi menonton orang jualan komoditas yang namanya penampilan. Visualisasi, bukan visi," ujar Rocky.
Mengutip teori Guy Debord dalam buku The Society of the Spectacle (1967), Rocky menjelaskan masyarakat saat ini lebih suka mengonsumsi penampilan dangkal dibandingkan gagasan mendalam.
Ia menyebutnya sebagai “masyarakat yang doyan nonton kedangkalan”.
"Jokowi dan Dedi Mulyadi sama-sama besar lewat intensitas kemunculan mereka di media, bukan karena visinya,” jelas Rocky.
Rocky bahkan menyinggung program Dedi yang mengirim anak-anak bermasalah ke barak militer sebagai contoh kebijakan dangkal.
Menurutnya, pendekatan seperti itu hanya mendisiplinkan tubuh, bukan mengajak berpikir.
"Kalau kita belajar teori disciplinary society ala Michel Foucault, fungsi barak militer itu untuk mendisiplinkan tubuh, bukan membentuk pemikiran," terangnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.