Sosok Sulasmi, Warga Slahung Ponorogo Larang Pengantar Jenazah Lewat Rumahnya, Ikuti Kata sang Ayah
Sosok yang melarang pengantar jenazah di Slahung, Ponorogo, melewati jalan samping rumah, ternyata adalah Sulasmi.
TRIBUNNEWS.com - Terungkap siapa sosok yang melarang pengantar jenazah melewati satu-satunya jalan menuju pemakaman di Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Larangan itu membuat pengantar jenzazah harus menyeberangi sungai jika hendak menuju pemakaman.
Sosok itu adalah Sulasmi. Sulasmi merupakan pemilik rumah yang melarang pengantar jenazah melewati jalan samping rumahnya.
Padahal, jalan samping rumah Sulasmi adalah satu-satunya akses menuju pemakaman di Desa Tugurejo yang menjadi tempat peristirahatan terakhir warga Desa Tugurejo dan Desa Wates.
Sekretaris Desa Wates, Misdi, mengungkapkan larangan itu sudah diberlakukan sejak ayah Sulamsi, Mbah Oso, masih menempati rumah tersebut.
Mbah Oso menilai, apabila rumahnya dilewati orang meninggal, maka akan berdampak buruk.
Baca juga: Sosok Sugiri Sancoko, Bupati Ponorogo Utus Beli Lahan Makam usai Warga Antar Jenazah Lewat Sungai
"Sudah puluhan tahun (dilarang lewat) sejak Mbah Oso, bapaknya Sulasmi, itu sudah dilarang lewat situ."
"Katanya kalau jenazah lewat jalan di samping rumahnya, katanya jadi lemah sangar (tanahnya kurang bagus)," jelas Misdi, Senin (21/4/2025), dilansir Kompas.com.
Sulasmi diketahui teguh memegang kepercayaan yang sudah diturunkan ayahnya itu.
Sebab, ia pernah protes ke pemerintah Desa Wates, saat ada ambulans pengantar jenazah, melintasi jalan rumahnya untuk menuju pemakaman,
Meski sempat dilakukan mediasi, Sulasmi ngotot melarang pengantar jenazah lewat jalan samping rumahnya.
"Rupanya warga langsung membawa mobil ambulans menuju ke makam. Sulasmi langsung protes ke desa. Hasil mediasi tidak ada titik temu antara warga dengan Sulasmi," kisah Misdi.
Buntut larangan yang diterapkan ayah Sulasmi, jenazah Mbah Oso pun dilarang dimakamkan di pemakaman Tugurejo.
Misdi mengatakan, jenazah Mbah Oso akhirnya dimakamkan di Kecamatan Gemahharjo, Kabupaten Pacitan.
Padahal, Mbah Oso merupakan warga asli Desa Tugurejo.
"Karena larangan itu, warga akhirnya melarang jenazah Mbah Oso dimakamkan di Tugurejo."
"Akhirnya jenazah Mbah Oso dimakamkan di Gemahharjo, Kabupaten Pacitan, di tempat kelahirannya, meski dia warga sini," pungkas Misdi.
Pengantar Jenazah Harus Lewati Sungai
Baru-baru ini, viral video yang memperlihatkan pengantar jenazah harus melewati sungai saat hendak menuju pemakaman di Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung.
Insiden itu terjadi saat pengantaran jenazah Mulyadi (38), warga Desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Sabtu (19/4/2025).
Kepala Desa Tugurejo, Siswanto, menjelaskan duduk perkara mengapa pengantar jenazah harus melewati sungai.
Ia mengatakan, sebenarnya sudah dibangun jembatan secara swadaya oleh warga setempat untuk memudahkan akses menuju pemakaman.
Tetapi, ada seorang warga yang tak mengizinkan jalan depan rumahnya dilintasi pengantar jenazah.
Alasannya, karena warga tersebut menganut kepercayaan kuno.
"Akses jalan sebenarnya sudah dibangun jembatan oleh warga secara gotong royong."
"Tapi, ada salah satu keluarga yang tidak mengizinkan jalannya dilintasi saat ada pengantaran jenazah," jelas Siswanto, Minggu (20/4/2025), dilansir TribunJatim-Timur.com.
"Alasannya itu pemahaman Jawa yang tua-tua, katanya jika dilewati jenazah menjadi kurang bagus," imbuh dia.
Siswanto menuturkan, pihaknya sudah berulang kali mengupayakan mediasi dengan warga dan keluarga yang menolak tersebut.
Namun, hingga saat ini belum mencapai kesepakatan. Bahkan, menurut Siswanto, proses pengantaran jenazah warga yang meninggal kerap diwarnai perseteruan karena penolakan itu.
"Setiap kejadian selalu geger (bertengkar)" kata Siswanto.
"Sampai sekarang mereka (warga yang menolak) tidak mau dilewati untuk membawa jenazah," lanjutnya.
Terkait warga Desa Wates yang dikuburkan di pemakan Desa Tugurejo, Siswanto juga memberi penjelasan.
Ia mengatakan, dua dukuh Desa Wates berbatasan langsung dengan Desa Tugurejo.
Selain itu, di Desa Wates, kata dia, tidak memiliki tempat pemakaman. Sehingga, warga Desa Wates biasanya menggunakan pemakaman di Desa Tugurejo.
Buntut viralnya pengantar jenazah menyeberangi sungai, Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko pun turun tangan.
Ia memerintahkan Camat Slahung, Nur Huda, membeli lahan pemakaman baru untuk warga Desa Wates maupun Desa Tugurejo.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjatim-timur.com dengan judul Akses Jalan Ditutup Pemilik Tanah, Warga Ponorogo Gotong Jenazah Menyebrangi Sungai
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunJatim-Timur.com/Pramita, Kompas.com/Sukoco)
Sumber: TribunSolo.com
Prakiraan Cuaca Kota Surabaya Besok Jumat, 19 September 2025, BMKG Juanda: Berpotensi Cerah Berawan |
![]() |
---|
3 Fakta Ditemukannya Bima Permana Putra yang Diduga Hilang saat Demo Ricuh di Jakarta |
![]() |
---|
Rekonstruksi Kasus Pembunuhan di Mojokerto: Alvi Butuh 2 Jam Nonstop Mutilasi Kekasihnya |
![]() |
---|
Bima yang Dilaporkan Hilang oleh KontraS Ternyata Pedagang Mainan Barongsai, Ini Penjelasan Polisi |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Satu dari Tiga Orang Hilang Pascademo di Jakarta Ditemukan di Malang Jawa Timur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.