Program Makan Bergizi Gratis
Keracunan Massal Siswa SD di Sukoharjo: BGN Sebut Kemungkinan Ada Salah Olah Makan Bergizi Gratis
Keracunan massal siswa SD di Sukoharjo diakui BGN akibat salah olah menu MBG. Istana pun akan melakukan evaluasi. Insiden ini juga disoroti wali murid
Penulis:
Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor:
Garudea Prabawati
Hasan mengatakan evaluasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kehigienisan makanan yang akan disajikan.
"Kejadian semacam ini akan menjadi evaluasi yang amat penting bagi BGN untuk memperketat pelaksanaan SOP dalam setiap rantai proses penyiapan MBG. Sehingga kualitas dan kehigienisan makanan bisa terjamin," kata Hasan dalam keterangan tertulis, Jumat (17/1/2025).
Hasan menuturkan, anak-anak yang sempat menjadi korban kini sudah ditangani dan diobati di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terdekat.
Saat ini, keadaannya pun sudah kembali membaik. Adapun sampel makanan yang diduga menjadi penyebab mual dan muntah-muntah tengah diteliti.
"Saat ini sampel makanan yang disiapkan di SPPG (Sukoharjo) tersebut sedang diperiksa oleh Dinas Kesehatan," ucap Hasan.
Lebih lanjut, Hasan mengungkapkan, sudah ada standar operasional prosedur (SOP) yang diterapkan dan menjadi acuan dalam program MBG. Pertama, sekolah melaporkan kepada SPPG dan Puskesmas jika ada kejadian yang tidak diinginkan.
Kemudian, makanan langsung ditarik oleh SPPG dan diganti dengan menu lain. Dalam kasus Sukoharjo, makanan sudah ditarik dan diganti dengan menu lain, yakni telur.
Adapun SOP lainnya yang diterapkan oleh BGN adalah, setiap SPPG harus menyimpan sampel makanan selama 2x24 jam.
"Sehingga kalau ada kejadian yang tidak diinginkan, seperti yang terjadi di Sukoharjo, penyebabnya bisa dilacak dengan cermat," jelas Hasan.
Wali Murid Beri Sorotan
Insiden keracunan massal ini turut menjadi sorotan salah satu wali murid di SDN 3 Dukuh, Sukoharjo yaitu Winarni (39).
Dia mengaku kecewa atas pengawasan yang dilakukan terkait kualitas makanan yang disajikan kepada siswa.
Menurutnya, perlu ada tim pengecekan makanan untuk mengetahui kualitas makanan yang bakal disajikan.
Winarni mengatakan hal itu perlu dilakukan karena rata-rata anak SD belum bisa membedakan mana makanan layak konsumsi dengan yang tidak.
"Yang pasti kecewa hal ini bisa terjadi dan tidak berhati-hati. Seharusnya, sebelum diedarkan harus ada tim khusus untuk melakukan pengecekan rasa, apakah sudah matang atau belum," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.