Rabu, 1 Oktober 2025

Serangan Tikus Bikin Geger Klaten, Warga Ramai-ramai Berburu, Sekali Aksi Tangkap Dapat 305 Ekor

Mereka bergotong royong untuk membasmi tikus yang menyebar di lahan pertanian desa setempat.

Editor: willy Widianto
Tribun Solo/Zharfan Muhana
Meski saat ini sedang heboh perburuan koin jagat yang terjadi di beberapa daerah, petani di Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah justru ramai-ramai terjun ke sawah untuk memberantas hama tikus yang meresahkan, Minggu (12/1/2025). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana

TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Meski saat ini sedang heboh perburuan koin jagat yang terjadi di beberapa daerah, petani di Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah justru ramai-ramai terjun ke sawah untuk memberantas hama tikus yang meresahkan, Minggu (12/1/2025).

Baca juga: Cara Mencari Koin Jagat Berhadiah Rp 850 Juta, Biasanya Tidak Ditaruh di Area yang Sulit Dijangkau

Mereka bergotong royong untuk membasmi tikus yang menyebar di lahan pertanian desa setempat. Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) desa setempat, Nurul mengatakan bila pemberantasan diikuti dari 2 gabungan kelompok tani (Gapoktan).

"Di Desa Manjungan ini (pemberantasan tikus), melibatkan Gapoktan. Kelompok Margi Mulyo dan Ngudi Lestari," ujar Nurul.

Pemberantasan tikus sendiri, menggunakan tiga metode. "Ada gropyokan, pengemposan (pengasapan), dan pengumpanan," paparnya.

Menurutnya, persoalan hama tikus sendiri tidak bisa selesai sekali satu kali. "Jadi memang, untuk tikus tidak bisa diselesaikan dalam 1 cara," kata Nurul.

"Maksudnya, pengendalian harus terintegrasi dan bersama-sama," imbuhnya.

Baca juga: Serangan Tikus Menggegerkan Desa Kutamakmur Karawang, Ini Penjelasan Kementan

Desa Manjungan sendiri, dikatakannya memiliki puluhan hektar sawah dan hampir merata terkena hama tikus.

"Hampir semua ada (hama tikus), karena sini luasnya yang barat 54.6 hektar dan sini (timur) 13 hektar," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Margo Mulyo, Ismed Rohadi mengatakan bila hama tikus terjadi dalam masa tanam terakhir.

"Sudah 2 (panen) setengah tahun, atau 2 kali masa tanam," ujar Ismed.

Hal ini lantas, menyebabkan petani tak dapat hasil panen karena serangan hama.

Para petani memilih menganggurkan sawah atau bero, karena hasil tak menutup ongkos tanam. "Kemarin ada yang dibero kan ada, ini (menunjuk lahan) kemarin nggak panen," jelasnya.

Pantauan Tribun para petani mengelilingi lahan sawah yang hendak dilakukan gropyokan. Beberapa petani ada yang membawa cangkul, lalu mencangkul tanah yang diduga menjadi sarang tikus.

Baca juga: Fenomena Berburu Koin di Bandung: Taman Rusak, Minta Aplikasi Dibanned

Beberapa ekor tikus yang ditemukan lalu ditangkap, dan dimasukkan kedalam karung. Total tangkapan pada penggropyokan hari ini, tikus yang dapat diamankan sebanyak 305 ekor.

Dan selanjutnya tikus dimusnahkan, dengan cara dimatikan dan diteruskan dikubur. Selain pengropyokan, para petani juga diberikan obat tikus. Untuk pembasmian hama tikus dengan cara umpan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved